|
SAMPAH yang berasal dari pasar-pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan menjadi penyumbang utama tingginya volume sampah di wilayah itu. Sebagai antisipasi, Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) akan menambah armada truk pengangkut sampah serta memperluas kawasan TPA Cipeucang. "Pasar tradisonal masih menjadi penghasil sampah terbesar di Tangsel. Dengan penambahan armada, paling tidak volume sampah di pasar tradisional dapat diminimalisasi," kata Kepala Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kota Tangerang Selatan, Tahe Rochmadi, kepada pers, Senin (15/7). Menurutnya, dari tujuh kecamatan di Kota Tangerang Selatan, per hari dihasilkan sampah sebanyak 323 meter kubik. Terlebih ratusan meter kubik sampah yang diangkut berasal dari permukiman, pasar tradisional, dan fasilitas umum ke lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang. Apalagi antara jumlah volume sampah dengan jumlah kendaraan operasional sampah tidak seimbang. Misalnya, volume sampah yang diangkut dengan truk bulan Ramadan ini tidak menurun. "Meski ada perubahan jam pengangkutan sampah di bulan Ramadan, jumlah volume sampah yang terangkut tidak berubah," katanya. Saat ini DKPP mempunyai 18 kendaraan operasional pengangkut sampah. Namun, jumlah truk sampah masih dirasa kurang untuk mengangkut volume sampah termasuk dari pasar-pasar tradisional. Ke depan, pihaknya akan menambah kendaraan operasional akhir tahun ini dengan membeli lima armada sampah (dump truck). "Kami akan mengajukan penambahan lima truk armada pengangkut sampah di anggaran perubahan," kata Rochmadi. Rencana, ke depan DKPP akan memperluas lahan TPA Cipeucang menjadi 10 hektare. Kini luas TPA hanya 2,5 hektare. Pemda setempat secara bertahap melakukan pembebasan lahan seluas 8 ribu meter persegi dari target 10 hektare lahan yang harus dibebaskan dalam proyek perluasan TPA Cipeucang. "Anggaran Rp2 miliar digunakan untuk pembebasan lahan," katanya. Namun, keinginan Pemkot Tangerang Selatan membangun perluasan TPA Cipeucang masih menuai penolakan dari warga yang bermukim di sekitar lokasi TPA. Yunianti, misalnya, warga Kelurahan Serpong, Kecamatan Serpong, RT 03 RW 04 mengatakan, bau sampah dan rembesan air sampah TPA Cipeucang dirasa meresahkan warga sekitar yang jaraknya sekitar 100 meter dari rumah penduduk. Apalagi ketika hujan turun, air sampah membanjiri rumah warga sekitar. "Bau sampah TPA Cipeucang menganggu pernapasan dan air sampah menimbulkan penyakit. Kami tidak ingin TPA bertambah luas di sini," kata Yuniati kepada Jurnal Nasional, Senin (15/7). Sabaruddin Post Date : 16 Juli 2013 |