|
KULONPROGO- Memasuki musim kemarau, sebagian warga di wilayah Pegunungan Menoreh di Kulonprogo mulai kesulitan mendapatkan air bersih. Seperti yang dialami 25 kepala keluarga (KK) di RW8, Pedukuhan Sabrang, Desa Giripurwo, Kecamatan Girimulyo. Menurut Ketua RW8 Pedukuhan Sabrang, Sukarman (62), di wilayahnya warga mulai kesulitan mendapatkan air bersih, karena sejak dua bulan lalu sudah tidak ada hujan turun. Setiap musim kemarau, 25 kepala keluarga di wilayahnya hanya mengandalkan mata air tuk kali lanang untuk mencukupi kebutuhan air bersih. Mata air itu memang tidak pernah kering meski kemarau sekalipun. Namun untuk mendapatkan air dari mata air itu, warga harus mengambil berjalan kaki menempuh jarak yang jauh. Bahkan warga paling atas harus berjalan hingga 1 km dengan kondisi jalan terjal menanjak. ''Warga mengambil air biasanya pagi setelah subuh sampai sekitar jam 10.00 dan sore dari jam 16.00 sampai 17.30,'' ungkapnya, kemarin. Mata Air Salah satu warga, Yatinem (40) mengaku dalam sehari harus bolakbalik tiga hingga empat kali mengambil air dari mata air itu dengan jerigen 20 liter. Dia harus berjalan kaki sambil menggendong jerigen menempuh jarak 1 km dari rumahnya hingga ke mata air dan sebaliknya. Air itu digunakan untuk kebutuhan sehari-hari lima anggota keluarganya dan memberi minum ternak. ''Harapan ada bantuan bisa diberi bantuan air bersih sampai rumah. Karena ini jalan juga masih jelek, kalau hujan becek dan licin rawan jatuh,'' tuturnya. Sukarman menambahkan, untuk memenuhikebutuhanairbersihbagi warga, di mata air itu warga membangun sumur dan penampungan air berkapasitas sekitar 10 kubik sejak dua bulan lalu. Pembangunan ini dilakukan secara swadaya, setiap keluarga patungan Rp 7 juta. ''Ini baru dibuat penampungan, rencana akan diteruskan sambungan ke rumah-rumah warga. Tapi dari segi biaya kesulitan, masih perlu biaya sekitar Rp 100 juta untuk menyelesaikan jaringan ke rumah-rumah warga,'' katanya. Menurut Sukarman, untuk menyelesaikan pembangunan jaringan air bersih itu keterbatasan biaya menjadi kendala utama. Ratarata warga bermata pencaharian sebagai petani, sehingga cukup berat untuk bisa mengumpulkan biaya untuk menyelesaikan proyek swadaya tersebut. ''Mudah-mudahan ada bantuan dari pemerintah. Karena yang untuk membangun sumur dan penampungan air kemarin saja warga banyak yang harus berutang,'' imbuh warga lain, Suratiman. (H87-32,48) Post Date : 28 Mei 2014 |