|
DEMAK, KOMPAS - Kerusakan kawasan hutan di daerah hulu Sungai Wulan dan Lusi, yaitu Pegunungan Kendeng Utara, memicu banjir yang dua kali melanda Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, sebulan terakhir. Kerusakan dipicu tambang galian C dan aktivitas pertanian. Hal itu terpantau di sejumlah titik kanan dan kiri jalan yang membelah Pegunungan Kendeng Utara dari Pati menuju Grobogan, Selasa (23/4). Di lereng-lereng pegunungan kawasan hulu Sungai Lusi yang alirannya mengarah ke Sungai Wulan terdapat tambang-tambang galian batu kapur dan fosfat serta areal lahan jagung. Di wilayah Kecamatan Grobogan, misalnya, sejumlah bukit telah terpotong akibat penambangan. Sementara di bukit-bukit lain di sekitarnya terdapat areal lahan jagung yang menempati lahan terbuka bekas kawasan hutan jati. ”Kawasan-kawasan terbuka di Pegunungan Kendeng Utara di Pati, Grobogan, dan Blora tersebut menyebabkan air hujan tidak terserap optimal. Tidak heran jika hujan deras terjadi dalam tempo lama, banjir melanda sejumlah daerah di lereng pegunungan dan juga di Sungai Lusi,” kata Husaini, peneliti Masyarakat untuk Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, dan Perdamaian (SHEEP) Indonesia Area Jawa Tengah. Berdasarkan data SHEEP, pertambangan di Pegunungan Kendeng Utara marak terjadi sejak 2000. Di wilayah Pati, misalnya, terdapat 64 lokasi tambang dan hanya 2 lokasi yang mengantongi izin. Hampir semua praktik pertambangan itu tidak melakukan reklamasi. Selain itu, banjir di Demak dipicu pula tidak optimalnya Bendung Pembagi Pintu Air Wilalung. Pintu-pintu bendung buatan Belanda pada 1908-1916 itu banyak yang rusak dan tidak terawat. Dari 9 pintu yang mengarah ke Sungai Juwana, hanya 3 pintu yang dapat dioperasikan. Adapun yang mengarah ke Sungai Wulan 1 pintu rusak tidak dapat ditutup dan 1 pintu dipotong penutupnya agar tidak tersumbat sampah. Hingga Selasa sore, banjir masih menggenangi Desa Mijen, Jleper, Ngelo Wetan, dan Pecuk di Kecamatan Mijen. Sebanyak 7.400 warga masih mengungsi karena genangan air di permukiman masih setinggi 30-70 cm. Lebar sungai Kepala Dinas Pengairan Kabupaten Lamongan Djoko Purwanto mengatakan, pembangunan jembatan untuk jalur rel ganda kereta api Bojonegoro-Pasar Turi, Surabaya, Jawa Timur, diharapkan tak mengurangi lebar sungai yang rata-rata 4-5 meter. Penyempitan sungai berisiko memicu banjir di saat kondisi curah hujan tinggi. Pembangunan jalur ganda Bojonegoro-Pasar Turi, Surabaya, melewati beberapa sungai termasuk di Lamongan. Perwakilan dari Satuan Kerja Pengembangan Perkeretaapian, Arief Sudyatmoko, menyebutkan, jalur ganda kereta api Bojonegoro-Surabaya Pasar Turi sepanjang 139 kilometer. Jalur itu melintasi sejumlah sungai. (HEN/ACI) Post Date : 24 April 2013 |