|
CEPU- Hingga siang kemarin, sedikitnya sembilan kelurahan di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora masih tergenang akibat luapan Sungai Bengawan Solo. Ketinggian air mulai 30 cm hingga 2 meter. Beberapa desa di Kedungtuban dan Menden juga masih terendam meski relatif dangkal. Dengan kondisi tersebut, praktis 17 anggota tim search and rescue (SAR) masih siaga di Posko Banjir Kecamatan Cepu. ''Banyak kelurahan yang masih tergenang air. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi luapan yang lebih besar, hingga saat ini seluruh tim SAR masih siaga di Posko Kecamatan,'' jelas Camat Cepu, Slamet Wiryanto ketika ditemui Suara Merdeka, di kantornya, kemarin. Dengan demikian, saat ini sembilan dari 17 desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Cepu terendam air. Dari catatan, setiap Bengawan Solo meluap memang hanya sembilan desa yang menjadi langganan banjir, karena lokasinya di bantaran sungai Bengawan Solo. Kesembilan kelurahan yang saat ini masih tergenang antara lain Kelurahan Ngelo. Di desa itu, kedalaman air hingga siang kemarin masih sekitar 1,5 meter lebih. Bahkan, menurut Wiryanto, di Dukuh Cono kondisinya justru lebih parah karena mencapai dua meter. ''Sekitar 303 jiwa di kelurahan tersebut mengungsi di sekitar kelurahan,'' jelasnya. Di Kelurahan Cepu yang genangan airnya mencapai 2 meter, sekitar 1.537 jiwa juga mengungsi. Sementara itu, di Kelurahan Balun ketinggan air antara 30 cm hingga 2 meter. Sebanyak 1.608 warga Balun mengungsi, sebagian di balai kelurahan dan gedung SOS Sasono Suko. Di Kelurahan Nglanjuk, total warga yang mengungsi 134 jiwa di SOS Sasono Suko. Kedalaman air di kelurahan itu mencapai 2 meter. Sedangkan di Kelurahan Sumberpitu yang kedalaman airnya juga mencapai 2 meter, menyebabkan 295 warga mengungsi. Di Kelurahan Getas, ada 404 warga yang mengungsi. Kedalaman air di tempat ini juga mencapai sekitar 2 meter. Di Jipang, kedalaman airnya mencapai 1 meter dan mengakibatkan 247 jiwa mengungsi, di Ngloram (239 warga), dan Kelurahan Gadon (247 warga). Di Gadon hanya lima rumah yang tidak tergenang air. ''Untuk rumah yang tidak tergenang, saat ini digunakan sebagai tempat mengungsi,'' jelas Wiryanto. Dari pantauan, sebagian warga Balun yang saat ini berada di pengungsian, secara bergiliran menengok rumahnya yang masih terendam air. Mereka nekat menyeberangi genangan air. Sementara itu, kegiatan perekonomian di daerah Subterminal Ketapang, mulai pulih. Genangan air tidak terlihat lagi di jalan raya. Beberapa mobil tampak lalu lalang menuju atau dari arah Bojonegoro. Menurut informasi, lalu lintas ke arah Bojonegoro, masih terputus. Kendaraan ke arah kabupaten itu sudah berjalan, namun hanya berhenti sampai di Kalitidu. Lokasi Pengungsian Ada sejumlah lokasi yang dijadikan warga untuk mengungsi di antaranya gedung SOS Sasono Suko, sepanjang rel KA di dekat Stasiun Cepu, dan beberapa rumah warga yang tidak tergenang. ''Kebanyakan pengungsi saat ini wira wiri. Statusnya memang tinggal di pengungsian, namun sesekali menengok rumahnya yang tergenang,'' jelas Camat Cepu. Di dekat jembatan perbatasan Jateng-Jatim, beberapa orang mendistribusikan bantuan, di antaranya berupa mi instan. Wiryanto berharap, bantuan berupa buku tulis, karena saat ini sangat dibutuhkan warga. ''Kalau bantuan berupa sembako, hingga kini masih memadai,'' ujarnya. Banjir Kudus Dari Kudus dilaporkan, banjir akibat luapan Sungai Juwana dan Sungai Wulan kembali menerjang semua desa di wilayah Kecamatan Undaan, sejak Minggu pukul 14.00. Sebagian pengungsi yang telah pulang sejak Sabtu sore lalu, kembali masuk ke tempat pengungsian. Air yang merendam sejumlah desa di Kecamatan Kaliwungu serta Desa Payaman, Kecamatan Mejobo, juga belum surut. Hujan lebat disertai angin kencang sepanjang Senin terus menghantui Kota Kretek. Sementara, genangan banjir dari wilayah perkotaan merendam lagi Terminal Induk Bus Kota Kretek serta perkampungan di sekitarnya. Armada bus terpaksa ngetem di Jalan Raya Agil Kusumadya, luar terminal. Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Sungai Serang, Lusi, dan Juwana (BPSDA) Seluna melaporkan, debit air Sungai Serang mencapai 800 m3/detik. Setelah masuk Bendung Willalung di Desa Kalirejo, Undaan, debit tersebut dibuang ke Sungai Wulan (mengarah ke muara di Kedung Jepara) sebanyak 600 m3/detik dan di Sungai Juwana (bermuara di Juwana, Pati) 200 m3/detik. Kondisi tersebut sangat mencemaskan karena dari delapan titik bobolan tanggul Sungai Wulan dan Juwana, baru dua titik yang tertambal, semuanya terdapat di depan Kantor Kecamatan Undaan. Sehingga, air masuk ke perkampungan dan sawah lewat bobolan tersebut. Kapasitas Sungai Wulan adalah 720 m3/detik dan Sungai Juwana 120 m3/detik. Setidaknya 35 ribu unit rumah warga Kudus sampai kemarin masih terendam antara 1 - 1,5 meter. Jalan Raya Kudus-Grobogan kembali terputus. Disapu Lisus Belasan rumah warga di Desa Pasurahan Lor, Kecamatan Jati, Kudus, kemarin petang disapu angin lisus. Embusan angin disertai hujan yang berlangsung sekitar empat jam memporakporandakan atap rumah. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Warga yang trauma hingga semalam masih berjaga-jaga di luar rumah. Beberapa tahun lalu peristiwa serupa juga melanda desa itu. Tak hanya warga di 16 desa di Kecamatan Undaan yang mengalami musibah tersebut. Beberapa desa di Kecamatan Jekulo, Kaliwungu, Mejobo, dan Jati juga mengalami hal serupa. Selain lahan pertanian, banjir juga merendam rumah di kawasan tersebut. Di luar Kecamatan Undaan, genangan paling besar terjadi di Setrokalangan (Kaliwungu) dan Payaman (Mejobo). ''Banjir di wilayah kami sangat tergantung dari penanganan di Kecamatan Undaan,'' kata Camat Mejobo, Sudiarso. Beberapa balai desa yang dinilai aman dari genangan dijadikan lokasi pengungsian. Untuk pasokan logistik, pihaknya mengandalkan bantuan dari Pemkab dan sumber lainnya. Dandim 0722, Letkol Czi Aby Ismawan, yang ditemui saat memantau jalur pendistribusian logistik, menyatakan setiap hari menyediakan 6.000 nasi bungkus. Dapur umum ditempatkan di Makodim. ''Anggota kami setiap hari mendistribusikan kepada warga di daerah bencana,'' jelasnya. Dukungan serupa juga diberikan petugas Polres. Sebagian besar personelnya saat ini dilibatkan pada proses pengamanan di lokasi banjir, terutama di Kecamatan Undaan. Menurut Komandan Satgas Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi, Eko DJ, jumlah pengungsi yang menghuni sejumlah lokasi pengungsian mencapai 12.076 jiwa. Sementara sehari sebelumnya mencapai sekitar 11.000-an. Sebagian pengungsi, yang ada di GOR Wergu Wetan terkena diare, Selasa (1/1). Gejala awal yang timbul, sebenarnya sering buang air biasa, namun setelah diberi obat dari posko kesehatan, tidak kunjung sembuh. Mereka dirujuk ke rumah sakit. ''Jumlah tersebut sudah termasuk mereka yang mengungsi akibat banjir susulan itu,'' ungkapnya. Ditambahkannya, rumah warga yang terendam tercatat 35.000 unit. Jumlah tersebut masih ditambah sejumlah sarana publik seperti pasar (2 unit) puskesmas (1 unit), mushola (55 unit), masjid (32) dan bangunan sekolah (48 unit). Salah seorang pengungsi yang ditemui di Desa Undaan Tengah, Kecamatan Undaan, Supardi, mengaku sangat menderita akibat musibah ini. Kini, untuk makan saja dia dan tetangganya hanya mengharapkan bantuan dari posko bencana di desanya. ''Akhir pekan lalu rumah saya kebanjiran. Setelah kering, sekarang kebanjiran lagi,'' keluhnya. Penyebab banjir susulan kali ini yakni kiriman debit air sebesar 865 kubik per detik. Sebagian pasokan yang ada masuk ke Sungai Juwana, sisanya ke Sungai Wulan. Beberapa bagian tanggul di kedua tanggul sungai tersebut sudah jebol sebelumnya. Sehingga, saat datang kiriman debit dari Sungai Serang yang mengarah ke Sungai Juwana dan Wulan pada dua hari terakhir, air dengan leluasa menerobos bagian tanggul yang rusak itu. Menurut Staf Pengairan DPU wilayah Kudus Kota, Bambang, saat banjir kali pertama, terdapat delapan lokasi tanggul yang jebol. Kedelapan titik tersebut berada di perbatasan Desa Sambung - Undaan Kidul (2 lokasi), Desa Sambung (2 lokasi) dan Medini (empat lokasi). Kini, ada lima tanggul yang jebol dan menyebabkan banjir di sejumlah desa. Kelima tanggul tersebut terletak di Desa Sambung (1 lokasi), dan Medini (4 lokasi). Bupati Kudus Ir HM Tamzil MT menyatakan saat ini berkonsentrasi untuk menambal tanggul yang jebol. Hanya saja, hal tersebut harus menunggu banjir surut. ''Kami saat ini berupaya untuk menyuplai logistik untuk para pengungsi,'' ujarnya. (ud,H8,J18-54,60) Post Date : 02 Januari 2008 |