|
HUJAN yang mengguyur sejumlah wilayah di Kalimantan Barat dalam dua pekan terakhir mengakibatkan jalur Trans Kalimantan di Teluk Bakung, Kecamatan Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, terendam banjir. Kemacetan di jalan lintas negara yang menghubungkan Indonesia dengan Kota Kuching, Sarawak, Malaysia Timur ini mencapai dua kilometer. Hingga Minggu (12/5) sore, banjir masih merendam ruas jalan dengan ketinggian rata-rata antara 60 sentimeter hingga satu meter. Tidak ada petugas yang mengatur lalu lintas. Hanya warga sekitar yang secara sukarela berinisiatif mengatur agar kendaraan dari dua arah berlawanan dapat melintas dengan selamat. Masyarakat juga ikut menandai beberapa titik di jalan yang berlubang dan membahayakan pengguna kendaraan yang lewat. "Tidak ada aparat, kecuali masyarakat setempat yang berinisiatif mengatur lalu lintas," kata Hermayani, salah seorang warga Pontianak yang baru tiba dari Kota Kuching, Malaysia, Minggu (12/5). Hermayani menumpang bus Eva dan bisa lolos dari Trans Kalimantan di Ambawang karena bantuan warga setempat. "Kondisi ini menegaskan bahwa aparat masih lalai dalam beberapa persoalan riil di tengah-tengah masyarakat," ucapnya. Dia menyarankan agar seluruh pihak berkompeten segera melakukan langkah-langkah koordinatif sebelum banjir menelan korban. Selain itu, aparat juga diminta mengalihkan kendaraan dari Pontianak yang akan ke Timur Kalbar agar melintasi jalur alternatif di Sungai Pinyuh, Anjungan, Ngabang, dan Sosok, sehingga kualitas jalan Trans Kalimantan tetap terjaga. "Saya juga menaruh apresiasi terhadap sikap masyarakat setempat yang masih memiliki kepedulian, juga modal sosial dalam menolong sesama warga. Entah bagaimana kondisi lalu lintas di jalur Trans Kalimantan jika tidak ada warga setempat," kata Hermayani. Di sisi lain, curah hujan yang kian tinggi juga merendam tiga desa di Kabupaten Kubu Raya. Ketiga desa tersebut adalah Desa Mega Timur, Sungai Malaya, dan Desa Sungai Enau. Ketiga desa dimaksud terletak di dua kecamatan di Kubu Raya, masing-masing Kecamatan Ambawang dan Kuala Mandor B. Ketinggian air berkisar antara 60 sentimeter hingga satu meter di atas permukaan tanah. Ratusan rumah terendam. Sebagian di antara warga mulai mengungsi ke rumah sanak keluarga. Selebihnya memilih bertahan di kediaman masing-masing sambil menjaga barang dan hewan peliharaan. "Warga di kampung ini hidup dari menoreh karet. Tapi kita sudah tidak bisa menoreh lagi sejak sebulan terakhir karena debit air yang terus naik. Kondisinya kian buruk sejak seminggu lalu. Air di Sungai Malaya tidak tertampung lagi dan meluber ke rumah warga," kata Amir (34 tahun), warga Parit Na‘im, Kubu Raya. Namun demikian, Amir mengaku bantuan yang datang hingga kini masih bersifat sukarela dari warga di daerah lain. Bantuan dari pemerintah sepertinya belum ada. "Saya berharap ini jadi perhatian pemerintah juga. Terutama mereka yang sudah mengungsi. Kasihan kan, apalagi mereka yang punya bayi," katanya. Banjir juga melumpuhkan transportasi darat Tapaktuan (Aceh Selatan), Kota Subulussalam, Provinsi Aceh. Ratusan unit kendaraan bermotor tertahan di jalan akibat terputusnya jembatan di Kedai Rundeng, Kecamatan Kluet Selatan. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Jarwansyah menyatakan, ratusan mobil dan truk terpaksa parkir di bahu jalan baik dari arah Tapaktuan maupun Kota Subulussalam. "Masyarakat telah membangun jembatan darurat dari pohon kelapa sebagai pengganti jembatan permanen yang hancur terseret derasnya air sungai tersebut," katanya. Tapi jembatan darurat yang dibangun warga setempat itu hanya bisa dilalui sepeda motor dan mobil berukuran kecil. Sejumlah warga korban banjir di Kecamatan Kuta Bahagia, Aceh Selatan hingga kini masih bertahan di rumah mereka masing-masing. Sementara bantuan logistik tidak bisa disalurkan akibat terputusnya jalan ke daerah tersebut. Banjir bandang terburuk sepanjang 2013 itu hampir merata melanda kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan sejak Sabtu (11/5). Belum diketahui adanya korban jiwa dalam bencana tersebut. Sementara itu, Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat, mengimbau warga yang berdomisili di bantaran Kali Bekasi mewaspadai kemungkinan banjir susulan. "Musim hujan tahun ini sudah tidak dapat lagi kami prediksi. Jika tahun sebelumnya Mei sudah masuk musim kemarau, buktinya banjir masih melanda sejumlah permukiman dini hari tadi," ujar Ketua Forum Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kota Bekasi, Engkus Kustara, di Bekasi, Minggu. Menurut dia, banjir yang terjadi pada pukul 02.30 WIB tidak sampai menggenangi bagian dalam rumah penduduk, namun hanya akses jalan perumahan dengan ketinggian 15 hingga 30 sentimeter selama sekitar tiga jam. Air berasal dari luapan Kali Bekasi yang mendapatkan aliran air dari banjir kiriman dari kawasan hulu daerah Bogor dan sekitarnya. "Kondisinya memang tidak separah yang berlangsung pada Januari dan Februari lalu, saat ketinggian air mencapai lebih dari 1 meter," ujarnya. Pantauan Tim Tagana, sedikitnya tiga kawasan perumahan terendam banjir, yakni Perumahan Pondok Mitra Lestari, Pondok Gede Permai, dan Kemang Ifi. Andi Fachrizal/Ant Post Date : 13 Mei 2013 |