|
Cerita pilu datang dari seorang nenek Andian yang tinggal di pesisir pantai, kawasan Penagih, Pulau Natuna, Kepulauan Riau. Wanita paruhbaya ini harus bekerja keras setiap hari mengisi dan mengantar air bersih bagi seluruh penduduk yang tinggal di kawasan Penagih. Penagih berada di daerah paling Selatan pulau Natuna, atau tepatnya tidak jauh dari pengkalan udara TNI AD di Natuna. Di kawasan tersebut rupanya sulit untuk mencari air bersih, para warga yang hendak mendapatkan air harus rela menunggu kiriman air bersih dari pemerintah daerah Natuna. Air bersih yang dibagikanpun rupanya tidak cuma-cuma, masyarakat harus membayar sebesar Rp 3 ribu tiap satu minggu dan dijatah 6 galon isi 10 liter per kepala keluarga. Nenek dua anak ini bercerita, dahulu sumur air bersih bagi para penduduk penagih memang ada. Namun, sekarang sudah terkontaminasi dan kotor karena tidak dirawat dengan baik. "Dulu ada air bersih, tapi sekarang sudah kotor, jadi ya harus tunggu air kiriman seperti ini," jelas Andian saat berbincang dengan merdeka.com di kawasan Penagih, Pulau Natuna, Kamis (23/5). Menurut dia, air bersih yang menjadi harapan masyarakat untuk kehidupan sehari-hari ini pun tidak setiap hari dipasok oleh pemerintah untuk warga Penagih. Terkadang, lanjut dia, masyarakat juga harus beli sendiri bilamana pasokan air tak datang dan persediaan air bersih sudah habis. "Bayar satu galon seribu," terangnya dengan logat melayu yang kental. Pekerjaan mengisi dan mengantar air bagi warga Penagih pun harus dilakukan oleh nenek usia 65 tahun ini demi menyambung hidup sehari-hari. Tanpa bekerja, makan pun menjadi sulit. "Ya mau gimana lagi, suami juga sama kerja seperti ini," tutur dia. Dengan tergopoh-gopoh, keringat mengalir deras, nenek Andian harus mengisi air bersih dari toren ke puluhan galon yang tersedia dan diperuntukkan bagi ratusan warga yang tinggal di Penagih. Setelah mengisi, dia pun lantas mendorong belasan galon menggunakan gerobak ke tiap-tiap kepala keluarga yang tinggal di pesisir pantai. Dia mengaku tidak bisa alih profesi sebagai nelayan untuk mencari ikan dan menjual kembali ketimbang menjadi pengisi air. Sebab, menjadi nelayan butuh kapal yang berbiaya mahal. "Mana uang, kita begini saja," imbuh wanita itu. Harapan hidup yang lebih layak pun tentu ada dibenak nenek Andian. Selain itu, dia juga menaruh harapan besar pada dua anaknya yang bekerja sebagai penjaga toko di kota. "Anak dua, satu penjaga toko di Jakarta. Satu lagi di kota (Ranai ibu Kota Kab Natuna)," tandasnya. Untuk diketahui, Natuna merupakan kepulauan paling utara di selat Karimata. Di sebelah Utara, Natuna berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja, di Selatan berbatasan dengan Sumatera Selatan dan Jambi, di bagian Barat dengan Singapura, Malaysia, Riau dan di bagian Timur dengan Malaysia Timur dan Kalimantan Barat. Natuna berada pada jalur pelayaran internasional Hongkong, Jepang, Korea dan Taiwan. Cadangan minyak bumi Natuna diperkirakan mencapai 14.386.470 barel, sedangkan gas bumi 112.356.680 barel. Sumber Foto : merdeka.com Post Date : 27 Mei 2013 |