Berburu Air Bersih hingga ke Selokan

Sumber:mediaindonesia.com - 8 Sept 2014
Kategori:Air Minum
KRISIS air bersih membuat warga di beberapa daerah memanfaatkan air keruh hingga air selokan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kemarau telah membuat sumber air yang selama ini menjadi tumpuan warga kering. Di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, sebanyak 200 jiwa dalam 65 keluarga, warga Dusun Tempuran, Desa Pagergunung, Kecamatan Pringsurat, terpaksa mengonsumsi air sendang yang keruh, dengan debit yang kian menyusut. 

Tinggi air sendang saat ini kurang dari 20 sentimeter dari dasar sehingga sudah bercampur dengan tanah. Sampah daun-daun kering juga berbaur dengan air sendang. Karena tidak ada sumber lainnya, warga tetap menggunakan air sendang itu untuk keperluan sehari-hari, seperti minum, masak, mencuci, dan mandi. 

Bantuan air bersih dari pemerintah daerah setempat yang diharapkan pun tidak kunjung datang. Asmui, 47, seorang warga, mengaku hanya bisa pasrah menerima kondisi ini. Ia berharap segera turun hujan sehingga bencana kekeringan cepat berlalu. "Daerah kami memang menjadi langganan kekeringan tiap kemarau. 

Kami berharap ada bantuan alat untuk membuat sumur bor," kata Asmui, kemarin. Pardiyah, 45, warga lain, terpaksa antre  berjam-jam di sumber air tersebut demi mengisi tiga jeriken. "Untuk ambil air di sini, kami biasa pagi sekali atau menjelang sore. 

Kami  kerap membawa banyak jeriken untuk menampung persediaan air," kata Pardiyah yang berjalan kaki ke sendang yang berjarak 1 km dari rumahnya itu. Dari Kabupaten Magelang, warga dua desa di Kecamatan Borobudur, yakni Desa Kenalan dan Desa Kembanglimus sudah krisis air. 

Kepala Badan Penanggulangan  Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, Sujadi, mengaku telah menerima permintaan drop air bersih. Bantuan diharapkan dapat menyentuh 2.500 lebih warga di dua desa itu. Kesulitan air bersih terjadi di wilayah lereng Gunung Merapi sehingga droping air pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten terhenti. Pasalnya, BPBD Klaten, Jateng, tidak bisa lagi mengambil air dari sumber Kadilajo, Kecamatan Karangnongko, Klaten, yang menyusut.

Air selokan
Pemanfaatan air selokan untuk mencukupi kebutuhan air di musim kemarau dilakukan warga di wilayah Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Namun, air selokan yang dimanfaatkan ini bukan air selokan di perkotaan, tapi air selokan yang berada di lokasi lereng kaki Gunung Bromo. 

Ini terjadi di Desa  Mangguan dan sejumlah desa lain di Kecamatan Pasrepan dan Puspo, Pasuruan. "Sumbernya mati, sudah tidak mengeluarkan air sama sekali," kata Sumarni, kemarin. Di Desa Mangguan terdapat 10 lokasi penampungan air yang disalurkan dari mata air di Desa Punjul, Kecamatan Puspo, yang berjarak sekitar 12 kilometer. 

Namun, karena sumber sudah tidak mengeluarkan air lagi, terpaksa mereka memanfaatkan air selokan yang tidak jauh dari mata  air Punjul. "Sekitar 10 meter di samping sumber air yang mati terdapat sungai kecil atau selokan dari mata air di atasnya. Warga menampung air selokan. Karena air kotor akibat daun ataupun lumpur, disaring lebih dulu dengan semacam serabut kemudian disalurkan melalui pipa," ujar Muni, seorang warga.

Karena debit air yang didapatkan tidak sebesar dari sumber yang mati saat kemarau, tandon-tandon yang ada di Mangguan tidak dapat terisi semua. Dari sebanyak 10 tandon, hanya 3 tandon saja yang terisi. Agar semua mendapat, air dibagikan secara merata. Setiap kepala keluarga mendapatkan jatah dua jeriken berukuran 20 liter per hari. Darurat air bersih juga melanda wilayah Magetan Selatan, Jawa Timur. Di Cirebon, Jawa Barat, sumur-sumur warga di Desa  Gua Kidul, Kecamatan Kaliwedi juga mulai mengering.


Post Date : 08 September 2014