|
Komunitas Peduli Kemiskinan Kendal (KPKK) belum lama ini melakukan
studi tematik pengelolaan sampah ke Kabupaten Sragen. Studi diikuti 20
relawan KPKK dari berbagai unsur dan juga melibatkan SKPD, seperti,
Ciptaru ,BLH, LSM P2KLH, Tim Korkot PNPM MP dan SKPD yang melayani
pengentasan kemiskinan (Bapermaspemdes).
Hal itu dibenarkan Plt Korkot PNPM Kendal Nunuk Sarah Zanuba saat ditemui Radar, Jumat (3/10). Kata dia, studi tematik yang dilakukan mengangkat masalah yang krusial di Kabupaten Kendal, yakni pengelolaan sampah dan pengentasan kemiskinan. Seperti diketahui sampah masih menjadi masalah di Kabupaten Kendal dan jumlah penduduk miskin 23 persen. “Hasil rumusan studi tematik akan diberikan kepada Bupati kendal melalui Ketua TKPKD dalam hal ini Wakil Bupati,”katanya. Nunuk mengatakan, berdasarkan kunjunga kemarin, informasi yang diterimanya dari Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sragen, sekitar 10 tahun silam, pada awalnya BLH Sragen kerap kali didemo warga, terutama warga sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA). Mereka merasa dirugikan dengan bau tak sedap sampah. Hal ini yang lantas lantas membuat BLH Sragen berpikir mencari terobosan agar TPA tak merugikan warga. “Akhirnya, BLH dan beberapa instansi terkait bersama warga menggelar diskusi setiap 2 bulan sekali membicarakan tentang problem masyarakat. Dan muncullah kesepakatan untuk studi banding soal manajemen sampah ke TPA Malang. Disana mereka belajar tentang sampah di TPA yang diolah menjadi energi biogas. Dari situlah kemudian diadopsi di Sragen dan berhasil,” ungkapnya. Zabuna menyatakan, tingkat keberhasilan pengelolaan sampah karena mereka tidak hanya sebatas melakukan studi banding, akan tetapi ditindaklanjuti BLH Sragen bergerak cepat. Yakni, rajin melakukan sosialisasi yang didukung penuh Bupati Sragen. Menurutnya, di Sragen, ada 25 Bank Sampah di bentuk, baik di kawasan pasar, permukiman dan sekolah.
“Yang menarik dalam pengelolaan sampah di sana yaitu dengan adanya
prinsip ‘sampah selesai pada level sumber sampah’, sehingga sampah
diolah ditempat dan tidak perlu lagi diangkut ke TPA. Contoh sampah di
Pasar Bunder, diolah menjadi kompos dan dibeli olah pabrik Gula. Ada 15
orang terlibat membuat kompos. Untuk pengelolaan sampah di Permukiman,
BLH memberikan alat pencacah sampah dan bekerjasama dengan RT, PKK dan
karang Taruna setempat sehingga mereka mendapatkan penghasilan dari
sampah TPA . Sebanyak 70 persen sampah diolah di tempat, dan hanya 30
persen yang diangkut ke TPA,” bebernya. Post Date : 06 Oktober 2014 |