|
Kesadaran masyarakat Cianjur memilah dan memilih jenis sampah belum terbentuk optimal. Padahal jika saja kesadaran itu sudah terbentuk, maka volume sampah yang dibuang tidak akan selalu menumpuk.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Cianjur, Rika Ida Mustikawati mengakui, pihaknya terus melakukan sosialisasi bagaimana cara memilah sampah yang benar. Menurutnya, memilah sampah pun akan memberikan keuntungan kepada warga.
"Misalnya, kenapa bekas botol air mineral selalu dibuang? Padahal jika bekas botol itu disimpan kemudian dikumpulkan, bisa jadi sumber uang ketika dijual ke tukang lekdut (barang bekas). Sedangkan sampah bekas sisa-sisa makanan bisa dikubur untuk menggemburkan tanah," kata Rika belum lama ini.
Rika selalu menekankan kepada masyarakat bahwa ada 'mutiara' di balik sampah itu. Artinya ada penghasilan yang bisa diperoleh ketika masyarakat jeli memilah dan memilih berbagai jenis sampah rumah tangga.
"Yang selama ini terjadi, budaya masyarakat Cianjur itu mencampur adukan antara sampah organik dan anorganik, tanpa ada pemilahan terlebih dulu," tuturnya.
Saat ini volume sampah rumah tangga di wilayah Cianjur setiap hari mencapai sekitar 650 kubik. Namun karena keterbatasan sarana dan prasarana, baru terangkut sekitar 350 kubik per hari.
"Yang terlayani rute pengangkutan sampah itu ada 11 kecamatan. Rata-rata paling banyak memang dari Cianjur kota. Sampah yang tak terangkut biasanya dibuang masyarakat ke sungai atau di tempat-tempat pembuangan sampah liar," akunya.
Wilayah yang masyarakatnya kedapatan sering membuang sampah ke sungai, di antaranya seperti di Kecamatan Campaka dan Sukanagara. Selain itu, Rika juga selalu mewanti-wanti kepada warga agar jangan sesekali membakar sampah.
"Dalam sampah itu kan ada gas metan yang sewaktu-waktu bisa terbakar bahkan meledak. Makanya kami selalu melarang warga agar tak membakar sampah," tegasnya.
Meskipun belum berjalan maksimal, DKP sudah mulai menjalankan program pengelolaan sampah di tingkat masyarakat. Secara rutin DKP melatih kelompok-kelompok warga untuk membuat kompos atau kerajinan dari daur ulang (recycle).
"Tujuan akhir kita kan membentuk kesadaran warga agar tak membuang sampah sembarangan. Percuma juga fasilitas lengkap kalau mindset masyarakat tak berubah," pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Komunitas Kami Sahabat Sampah, Hendri Adrianto mengaku, para pelajar SMP yang berada di Kampung Maleber Desa Ciherang Kecamatan Pacet, sudah mulai diajari memilah dan memilih sampah yang akan dibuang.
Polanya, sebelum berangkat ke sekolah, setiap pelajar diwajibkan membawa sampah dari rumah mereka masing-masing.
Jenis sampahnya basah dan kering. Sampah basah terdiri dari sisa makanan. Nantinya akan dibuat kompos. Sedangkan sampah kering seperti plastik akan dibuat jadi kerajinan tangan yang punya nilai jual.
"Selain itu juga kita akan memanfaatkan limbah seperti oli bekas motor dan minyak jelantah menjadi sabun lantai atau sabun lainnya yang memiliki nilai manfaat dan punya nilai jual," kata Hendri.
Post Date : 24 September 2014 |