|
Jakarta, Kompas - Sejumlah wilayah di Jakarta, Depok, dan Tangerang Selatan terendam air akibat meluapnya Kali Angke, Pesanggrahan, dan Kali Ciliwung. Luapan ini mengakibatkan beberapa perumahan warga dan akses jalan di sekitar kawasan kali tersebut terendam. Warga perumahan di pinggiran Kali Angke, Rabu (13/2), sekitar pukul 06.00, dikejutkan dengan luapan air membanjiri rumah mereka. Salah satu wilayah terparah adalah kawasan Kelurahan Pondok Petir, Bojongsari, Depok, dan Perumahan Villa Pamulang, Pondok Benda, Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel). Berdasarkan pemantauan Kompas, ketinggian banjir akibat luapan kali di beberapa tempat mencapai 1,5-2 meter. Warga mengungsi ke tempat-tempat yang lebih tinggi di sekeliling permukiman yang terendam. ”Kawasan RW 12 yang terkena banjir meliputi RT 5, 6, 7, dan 8, yang terendam. Ada 300 KK atau sekitar 1.200 jiwa,” kata Undang Hidayat, Lurah Pondok Petir, yang ditemui di lokasi banjir. Banjir kali ini cukup mengejutkan warga karena sudah sangat lama tidak terjadi. ”Terakhir, kalau saya tidak salah ingat, tahun 2003, tetapi itu pun tidak terlalu tinggi seperti ini,” kata Lina (35), warga RT 8 RW 12. Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Tangsel Rahmad Salam mengatakan, luapan Kali Angke juga menggenangi kawasan Vila Dago Tol, Serpong, dan kawasan Kayu Gede, Serpong Utara. Menurut dia, selain karena curah hujan yang tinggi, air meluap karena kerusakan Kali Angke dari hulu hingga hilir. ”Terjadi penyempitan dan pendangkalan di hampir sepanjang badan sungai. Sempadan sungai pun sudah banyak yang diserobot oleh pemukim ilegal. Semestinya dikembalikan ke fungsi awalnya,” kata Rahmad. Menurut Kabag Humas Pemerintah Kota Tangsel Amal Herawan, program normalisasi Kali Angke masuk dalam proyek pemerintah pusat periode 2012 hingga 2014. Dalam program itu, pelebaran dan penurapan Sungai Angke sepanjang 10 kilometer. Selain Kali Angke, pemerintah pusat juga memprogramkan penurapan Sungai Cirarap sepanjang 6,5 km dan normalisasi Sungai Perancis (anak Sungai Cisadane dan Sabi) sepanjang 4,5 km. Pelebaran dan penurapan Kali Angke baru dimulai tahun anggaran 2012 dan akan berlangsung hingga tahun 2014. Akan tetapi, sampai akhir tahun anggaran 2012 penyelesaian proyek pelebaran dan penurapan baru terealisasi 3 km. Padahal pelebaran dan penurapan Kali Angke ini dapat mengurangi beban air yang masuk Sungai Moukevert dan Cengkareng Drain. Wali Kota Tangerang Wahidin Halim mengakui, program pemerintah pusat normalisasi di sejumlah sungai dengan melebarkan kali hingga 20 meter dan penurapan akan memecahkan banjir yang terjadi selama ini. Namun, normalisasi dan penurapan tidak berjalan karena terhambat pembebasan lahan. Banjir di Jakbar Di Jakarta Barat (Jakbar), permukaan Kali Angke sudah sama dengan permukaan sebagian ruas Jalan Tubagus Angke, sementara air Kali Pesanggrahan menggenangi sebagian RW 5, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakbar. Genangan yang terjadi pada Rabu siang sempat surut, tetapi pukul 17.00 arus air kembali deras. ”Sampai magrib, permukaan air terus naik. Oleh karena itu kami sudah menyiapkan dapur umum,” tutur Ketua RW 5 Kedoya Selatan Sumardi Ramelan, saat dihubungi kemarin. Dibandingkan dengan wilayah lain, wilayah Jakbar lebih ringan menerima arus air hujan dari Bogor. Meski demikian, kemarin, sempat terjadi kepanikan. Sejumlah wakil warga dari enam kelurahan berdatangan ke Posko Banjir di Kantor Wali Kota Jakbar untuk meminta perahu karet. Keenam kelurahan adalah Duri Kosambi, Rawa Buaya, Kedoya Utara, Cengkareng, Kembangan, dan Kebon Jeruk. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyebutkan, sedikitnya ada 17 kelurahan di Jakarta tergenang, menyusul hujan deras di wilayah hulu yang menyebabkan air di sejumlah sungai meluap. Wilayah yang terkena dampak banjir itu, antara lain, 12 kelurahan di Jakarta Selatan, 4 kelurahan di Jakarta Timur, dan satu kelurahan di Jakbar. Data BPBD DKI Jakarta menyebutkan, sebanyak 8.993 jiwa terkena dampak banjir. Kepala Seksi Informatika BPBD DKI Jakarta Bambang Surya Putra mengatakan telah mengimbau warga di bantaran Kali Ciliwung, Kali Angke, Kali Pesanggrahan, dan Kali Krukut untuk mempersiapkan kemungkinan terburuk. ”Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mempersiapkan lokasi-lokasi pengungsi yang lebih baik, peralatan, sumber daya manusia, dapur umum, dan logistik untuk mengantisipasi kemungkinan banjir di sejumlah kelurahan yang rawan banjir,” katanya. Banjir di Kelurahan Kampung Melayu, Jaktim, mencapai 40 sentimeter-3,5 meter. Sampai pukul 15.00, BPBD mencatat sebanyak 325 pengungsi di Kampung Melayu dan Cililitan. ”Distribusi bantuan kami siapkan ke lokasi,” kata Bambang. Di Jakarta Selatan, banjir terparah menggenangi Pejaten Timur, Kecamatan Pasar Minggu, dengan ketinggian air mencapai 150 cm. Banjir di tempat ini karena meluapnya Kali Ciliwung mulai pukul 02.00. Di Kampung Pulo, Cilandak, Jakarta Selatan, genangan setinggi 70 cm sempat merepotkan warga sejak Selasa malam hingga Rabu pagi. Bahkan di ruas jalan raya di Jagakarsa yang berbatasan dengan Depok sempat tergenang setinggi 10 cm, sampai kemarin pagi. Sementara itu, pemantauan di Kampung Pulo, Kelurahan Kampung Melayu, Jatinegara, Jaktim, banjir yang terjadi merupakan banjir yang keempat dalam bulan Februari. Genangan air mulai terjadi sekitar Rabu pukul 01.00, dengan ketinggian 50 cm. Namun, air berangsur-angsur naik dan puncaknya terjadi pukul 07.00-08.00, hingga mencapai ketinggian sekitar 3 meter. Sampai pukul 12.00, air masih menggenangi 3.778 rumah (10.774 jiwa) di 57 RT dari 8 RW yang ada. ”Air mulai masuk di RT 003 dan RT 004 pukul 01.00 dengan ketinggian 50 cm. Baru pukul 05.00 hingga siang ini genangan air mencapai 2,5 meter,” kata Usep (47), Ketua RT 004 RW 03. Bantuan roti, nasi kotak, dan obat-obatan dari PMI dan Dinas Sosial Jaktim, melalui kelurahan dan Tim Tagana, sudah dilakukan sejak pagi. Rekayasa cuaca Kepala Unit Pelaksana Teknis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) F Heru Widodo mengatakan, rekayasa cuaca akan terus dilakukan sampai Maret ini. Rekayasa dengan menaburkan garam dapur atau natrium klorida (NaCl) ini untuk memecah massa udara yang mengalir ke Jakarta sehingga hanya terjadi hujan lokal. Namun, penaburan garam dapur sempat terhenti karena persoalan pesawat yang harus istirahat sejak Senin (11/2). Penaburan kembali baru dilakukan pada Rabu kemarin. ”Sejak 26 Januari lalu, kami telah menaburkan 120,3 ton garam,” kata Heru. Adapun lokasi penaburan dilakukan di tempat yang berbeda-beda, tergantung dari pembentukan awan tebal yang mengarah ke Jakarta. Sementara ini, lokasi penaburan ada di Selat Sunda, Palabuhanratu, Pamanukan, pantai utara Jakarta, dan wilayah sekitar Sukabumi.(FRO/RAY/NDY/ NEL/WIN/pin/k12) Post Date : 14 Februari 2013 |