|
Ngawi, Kompas - Alat peringatan dini bencana banjir di Bengawan Solo, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, rusak. Kerusakan terjadi secara menyeluruh sehingga risiko bencana sulit diantisipasi karena peringatan dilakukan manual. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ngawi Eko Heru Cahyono mengatakan, untuk menggantikan fungsi alat peringatan dini (early warning system/EWS) yang rusak, pihaknya menempatkan petugas di sepanjang daerah aliran sungai dari Kecamatan Ngawi hingga Kecamatan Karangjati. ”Petugas itu bertugas mengawasi perkembangan perubahan permukaan air di Bengawan Solo. Laporan menggunakan telepon seluler dan kemudian disebarluaskan ke perangkat desa yang berada di sepanjang aliran sungai,” ujarnya, Rabu (10/4). BPBD juga memanfaatkan pengeras suara untuk menyebarluaskan kondisi Bengawan Solo. Selain itu juga berkoordinasi intensif dengan BPBD di daerah lain, seperti Solo, Ponorogo, dan Madiun, guna memantau perubahan permukaan air. Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo menempatkan empat alat peringatan dini bencana banjir di Kabupaten Ngawi. Lokasinya di Jembatan Simo, Jembatan Purwosari, Jembatan Dungus, dan Jembatan Kendung. EWS yang normal akan memberikan tanda mengenai kondisi Bengawan Solo secara berkala. Tanda itu diberikan lewat nyala lampu, yakni merah untuk kondisi siaga bencana banjir dan kuning untuk waspada. BPBD Kabupaten Ngawi telah melaporkan kerusakan kepada BBWS Bengawan Solo dan Perum Jasa Tirta. Namun, hingga banjir besar pada Minggu (7/4) belum ada perbaikan sehingga alat tidak berfungsi. Eko mengatakan, peran dan fungsi alat peringatan dini bencana banjir sebenarnya sangat penting. Sebab, alat itu bisa menekan risiko bencana yang ditimbulkan akibat banjir, terutama korban jiwa. Selain itu, EWS juga memiliki jangkauan peringatan yang luas karena dapat dilihat oleh masyarakat dari jarak 5 kilometer dan dilengkapi dengan sirene. ”Oleh karena itu kami berharap alat peringatan dini ini segera diperbaiki sebab pengerahan tenaga manusia secara manual sangat tak efektif dan efisien karena perubahan permukaan air dapat terjadi setiap saat,” ujarnya. Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo menargetkan relokasi warga bantaran Bengawan Solo selesai tahun ini karena hampir setiap tahun warga kebanjiran ketika sungai meluap. Hingga kini sebanyak 1.024 rumah di atas tanah negara dan 178 tanah bersertifikat hak milik yang direlokasi dari bantaran Bengawan Solo. Masih tersisa 369 rumah bersertifikat yang belum direlokasi. (NIK/EKI) Post Date : 11 April 2013 |