|
Direktur Utama (Dirut) Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Al-Bantani Kabupaten Serang Achmad Rifa’i mengatakan bahwa ketersediaan air baku di wilayah Kabupaten Serang terus menyusut. Bahkan tak jarang intalasi PDAM tidak dapat dioperasikan untuk mengolah air baku, lantaran air sungai Ciujung yang menjadi bahan baku banyak dicemari limbah industri kategori hitam.
"Kerap kali menggunakan penjernih pun, air sungai ciujung masih tidak bisa diolah. Akhirnya terpaksa kami menunggu air jernih dan bisa memakan waktu," ujar Muhamad Rifai, kemarin.
Menurut Rifai, masalah ketersediaan air baku tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan iklim, melainkan penurunan debit air juga dipengaruhi oleh perubahan pola lingkungan akibat pencemaran. "Kita punya sungai besar seperti Ciujung dan Cidurian. Jika ada pencemaran maka tidak bisa dipaksakan untuk diolah," ujarnya.
Tak hanya itu menurut Rifai, tingginya pemakaian air tanah oleh industri tanpa mempertimbangkan dampaknya sangat berpengaruh pada masuknya air laut ke permukiman. Padahal, jika air laut sudah masuk ke permukiman sampai kapanpun tidak dapat diperbaiki.
"Padahal dalam rangka keberlangsungan kebutuhan air minum untuk masyarakat, kondisi Serang saat ini butuh kehandalan air baku,"tandasnya seraya menambahkan, dengan adanya perubahan iklim dan perubahan pola lingkungan yang berpengaruh pada sumber mata air.
"Misalnya di wilayah Kecamatan Baros, Kabupaten Serang awalnya bisa mensuplay air hingga 120 liter/detik ke Kota Serang, namun dengan adanya perubahan iklim dan perubahan lingkungan sekarang hanya mampu mensuplay 40 liter/detik,"tuturnya.
Sementara berdasarkan data yang yang dimiliki Badan Lingkungan Hidup(BLH) Kabupaten Serang, sebanyak 25 perusahaan di kawasan industri Serang timur itu membuang limbah cair tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Hal tersebut, tentunya membuat kondisi Sungai Ciujung tepatnya di kecamatan Kragilan tercemar berat, dan tidak dapat digunakan untuk kebutuhan warga dan membunuh biota air tawar.
Berdasarkan pantauan INDOPOS aliran Sungai Ciujung kini bak seperti kolam tinta, karena sudah berwarna hitam pekat akibat tercemar limbah industri perusahaan. Parahnya, kondisi ini sudah terjadi bertahun-tahun dan belum ada upaya konkret dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang. Baik dalam merevitalisasi sungai yang dahulunya menjadi sumber penghidupan masyarakat.
Kepala BLH Kabupaten Serang, Irawan Noor mengatakan, berdasarkan kajian pihaknya setiap harinya, satu pabrik bisa membuang limbah berbahaya sebanyak lebih dari 20 kubik ke aliran Sungai Ciujung. Irawan mengaku, pihaknya telah memberikan teguran terhadap perusahaan yang membuang limbah.
“Namun pemberiaan sanksi tegas, masih menunggu tahapan batas waktu yang telah di tetapkan (BLH),”katanya. - See more at: http://m.indopos.co.id/2014/12/wilayah-serang-terancam-krisis-air-baku.html#sthash.TRslVfDl.dpuf
Post Date : 22 Desember 2014 |