|
Pendirian bank sampah di beberapa tempat di DIY secara otomatis menurunkan jumlah (volume) sampah yang terbuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Piyungan. "Kalau data secara kuantitatif belum ada. Tetapi dari praktik masyarakat yang sudah melakukan pengelolaan sampah dengan bank sampah, sampah yang bisa dikelola mencapai 70 persen, sedangkan yang tidak bisa dikelola dan dibuang ke TPA hanya sekitar 30 persen," kata Sekretaris Badan Lingkungan Hidup DIY Maladi di sela-sela acara 'Ekspose Hasil Pengelolaan Lingkungan Hidup 2013', di Hotel Grage Yogyakarta, Senin (10/6). Saat ini di DIY sudah lebih dari 30 kelompok masyarakat yang mengelola sampah melalui bank sampah. Seperti halnya yang dilakukan Bank Sampah 'Mekar Asri', Karanganyar RW 16, Brontokusuman, Mergangsan Yogyakarta. Maladi berharap semakin banyak bank sampah yang dikelola masyarakat. Sehingga bisa mengurangi TPA Piyungan yang dikhawatirkan akan penuh pada 2014 mendatang. Kendala pendirian bank sampah di masyarakat antara lain: mengubah perilaku yang semula membuang sampah secara keseluruhan menjadi memilah-milah sampah, untuk pengelolaan sampah ini membutuhkan tenaga yang berjiwa sosial. Untuk itu harus ada pioneer yang bertanggungjawab. Lebih lanjut dia mengatakan mulai akhir 2012 BLH DIY mengangkat kader per kecamatan yang menjadi pioneer dan bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan. Saat ini ada 78 kader. "Mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah masuk bantuan sarana dan prasarana untuk pengelolaan sampah secara profesional untuk per kecamatan seperti tong sampah, pencacah sampah, komposter, dan sebagainya," kata dia. Dikatakan Maladi, pada 2013 ini setiap kabupaten/ kota di DIY mendapatkan dana alokasi khusus untuk mendukung kegiatan fisik terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup yakni Rp 1 miliar per kabupaten/ kota.
Post Date : 11 Juni 2013 |