|
SLEMAN, KOMPAS - Untuk mengantisipasi kekeringan di beberapa wilayah Kecamatan Prambanan pada musim kemarau ini, Pemerintah Kabupaten Sleman telah menyiapkan bantuan air bersih untuk masyarakat. Rencananya, dropping air di tiga desa yang rawan kekeringan itu akan dilaksanakan mulai Agustus nanti. "Sama seperti tahun lalu, pada musim kemarau 2007 ini kami menyiapkan sekitar 800 tangki air untuk didistribusikan bagi masyarakat di Kecamatan Prambanan," kata Kepala Seksi Operasional Dinas Pengairan, Pertambangan, dan Penanggulangan Bencana Alam (P3BA) Sleman Sugiyanto, Jumat (27/7). Untuk teknis pelaksanaan dropping air, saat ini Dinas P3BA masih menunggu laporan hasil pendataan dan pemetaan wilayah kekeringan terakhir yang dilakukan oleh kecamatan. "Setelah semua data terkumpul, kami bisa segera mengirimkan bantuan air. Diharapkan Agustus warga sudah dapat memperolehnya secara gratis," ujar Sugiyanto. Selain bantuan air bersih, mulai tahun 2000 secara bertahap Pemkab Sleman telah memulai pembangunan jaringan sistem air baku di kecamatan tersebut. Tercatat tiga sumur dalam telah dibangun. Sumur di Majaasem untuk mengairi Desa Sambirejo, sumur di Bleber untuk mengairi Desa Sumberharjo, serta sumur di Grogol untuk mengairi Desa Wukirharjo dan Gayamharjo. Sumur yang terakhir ini baru selesai pembangunannya sekitar dua tahun lalu. Rusak Sugiyanto menuturkan, upaya antisipasi kekeringan tahun ini menghadapi tantangan rusaknya sebagian jaringan sistem air baku akibat gempa Mei tahun lalu. Karena itu, dibutuhkan waktu untuk memperbaiki jaringan terlebih dahulu. Meski begitu, ia menegaskan hal ini tidak akan berpengaruh pada pelaksanaan dropping air yang akan tetap berlangsung. Bak-bak penampungan warga yang rusak akibat gempa pun tak akan banyak mengganggu karena masih ada bak-bak lain yang bisa digunakan bersama untuk menampung bantuan air bersih. Camat Prambanan Hardjito mengemukakan, dari enam desa yang ada di Kecamatan Prambanan, tiga di antaranya, yaitu Desa Gayamharjo, Sambirejo, dan Wukirharjo, merupakan daerah rawan kekeringan. Tiap musim kemarau, sekitar 5.000 kepala keluarga di tiga desa itu selalu kesulitan air bersih karena keterbatasan sumber mata air. Pembuatan sumur pun tak bisa dilakukan sendiri oleh warga karena harus menggali terlalu dalam. Jaringan air dari PDAM yang masuk ke wilayah tersebut sejak 2005 sebenarnya cukup menolong ketersediaan air bersih bagi warga. Hanya saja, tingkat kebocoran pipa yang mengalirkan air ke rumah-rumah warga cukup tinggi. Sampai saat ini, perbaikan pun masih terus dilakukan. (DYA) Post Date : 28 Juli 2007 |