BANTUL - Sekitar 80 perwakilan kabupaten/kota di Indonesia belajar sistem pengelolaan bank sampah di Bantul, Yogyakarta. Proses belajar selama dua hari itu berlangsung di Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan, yang merupakan bank sampah pertama di Indonesia. "Hasilnya nanti akan kami replikasi dalam bank-bank sampah serupa di berbagai daerah," kata Deputi IV Bidang Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun Kementerian Lingkungan Hidup Agus Syaifudin kepada Tempo di Badegan kemarin.
Saat ini ada 150 bank sampah hasil replikasi Bank Sampah Gemah Ripah yang tersebar di 20 daerah. Upaya daerah untuk belajar ke Bantul antara lain untuk memperbanyak dan memasyarakatkan bank sampah. Penggagas bank sampah, Bambang Suwirda, menjelaskan, program replikasi lewat sistem amati, tiru, dan modifikasi (ATM). "Saat ini kami sedang mengurus permohonan untuk bisa berbadan hukum," kata dia.
Replikasi di Daerah Istimewa Yogyakarta baru diterapkan di Kota Yogya dan Sleman. Tujuannya untuk pendidikan dan pengembangan nilai ekonomis. Selain menabung dalam bentuk uang dari hasil penyerahan sampah, nasabah bank sampah bisa melakukan simpan-pinjam. "Kami pakai sistem bagi hasil, 15 persen untuk kas, 85 persen masuk rekening nasabah," kata Bambang.
Sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup mencanangkan bank sampah secara nasional. Saat ini sudah ada 175 bank sampah yang tersebar di seluruh Indonesia. Targetnya separuh kabupaten/kota di Indonesia mempunyai bank sampah. "Di setiap kabupaten/kota ditargetkan ada lima bank sampah," kata Gusti Muhammad Hatta, Menteri Negara Lingkungan Hidup, di Yogyakarta pada Senin lalu.
Keberadaan bank sampah sangat bermanfaat mengurangi sampah di tempat pembuangan akhir, menambah pendapatan warga, dan mengurangi biaya pengangkutan sampah. "Bank sampah bisa mengurangi jumlah timbunan sampah dan pengolahan sampah sebesar 7 persen per tahun secara nasional," kata dia. Di Yogyakarta dan Jawa Jengah, Keberadaan bank sampah dan gerakan 3R (reduce, reuse, recycle) mampu mengurangi timbunan sampah hingga 40 persen.
Ia mengatakan, pada tahap awal, pengelolaan sampah bisa menghasilkan Rp 750 ribu-1 juta per bulan. Dalam satu tahun bisa sekitar Rp 9 juta. Jika separuh kota di Indonesia punya bank sampah, hasilnya sekitar Rp 50,6 miliar per tahun. Bank sampah juga diharapkan bisa mengurangi dampak efek rumah kaca hingga 26 persen. Selain itu, pihaknya ingin mengubah mindset persoalan sampah terbuang menjadi sumber ekonomi. l PITO AGUSTIN RUDIANA | MUH SYAIFULLAH
Post Date : 14 September 2011
|