|
Sumber Foto : ugm.ac.id
Sebagai daerah kaya sumber daya air, namun
masyakarat Indonesia justru bergantung pada produk-produk air minum
kemasan milik asing. Coba cari solusi, kampus Universitas Gadjah Mada
(UGM) Yogyakarta menciptakan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). “Ada 14 pabrik air minum kemasan asing di Indonesia saat ini dengan keuntungan bersih mencapai Rp96 miliar per tahunnya. Kita yang kaya sumber air bersih, kenapa tidak menyediakan secara mandiri, malah tergantung pada produk asing,” kata Ketua Waterplan Community, Rinaldhy Zulfahmi, Minggu 23 November 2014. Pengembangan SPAM UGM ini, kata Rinaldhy, merupakan cikal bakal penyediaan air bersih secara mandiri oleh masyarakat. Tujuannya, agar tidak terus bergantung pada produk asing. Waterplan Community merupakan komunitas mahasiswa UGM yang mencetuskan ide SPAM. Pembangunan SPAM UGM dimulai awal 2014. UGM bekerja sama dengan Kementerian PU (kini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat). Mulai awal November 2014, SPAM sudah berhasil menyediakan empat unit water dispenser yang sudah efektif berfungsi. Dua unit di antaranya berada di Grha Sabha Pramana (GSP) dan dua unit lainnya di Asrama Mahasiswa Kinanti. “Kami melakukan secara bertahap. Sekarang sedang mempersiapkan pengoperasian empat unit water dispenser lagi,” kata Kepala Subbagian Perencanaan Fisik, Bagian Perencanaan, Direktorat Perencanaan dan Pengembangan UGM, Arifah Budi Wati. Keempat water dispenser yang rencananya mulai berfungsi akhir bulan ini berada di sekitar Gedung Pusat, Perpustakaan, University Club, dan Lembah UGM. Arifah menambahkan, SPAM akan terus dikembangkan dan ke depan diharapkan mampu mencukupi kebutuhan air minum seluruh warga kampus. “Ke depan, kami targetkan warga UGM tidak lagi mencukupi kebutuhan air dari air minum kemasan, namun akan kami cukupi dari SPAM,” tutur Arifah. Post Date : 24 November 2014 |