|
PALANGKARAYA, KOMPAS — Sekitar 40 desa di tujuh kecamatan di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, terendam banjir setinggi 30 sentimeter hingga satu meter. Banjir disebabkan curah hujan tinggi sehingga Sungai Teweh, Barito, dan Montallat meluap. Luapan air juga berasal dari daerah hulu di Kabupaten Murung Raya. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Barito Utara Guntur Pardede saat dihubungi dari Palangkaraya, Kalteng, Kamis (9/1), mengatakan, banjir terjadi sejak 5 Januari lalu. Lebih dari 1.000 rumah terendam. Sebagian besar warga bertahan di rumah masing-masing. Pemerintah Kabupaten Barito Utara telah menyalurkan bantuan, seperti mi, roti, susu, permen, beras, gula, dan makanan bayi. Bupati Nadalsyah juga sudah datang ke lokasi banjir. Berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut, Palangkaraya, curah hujan masih akan tinggi hingga Februari 2014. Hujan deras di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, sejak Kamis pukul 01.00 Wita, menyebabkan Bendungan Karangrejo ambrol. Air pun menggenangi jalan dan menyebabkan jalan yang menghubungkan Kelurahan Loktabat Selatan, Kecamatan Banjarbaru Selatan, dengan Kelurahan Guntung Manggis, Kecamatan Landasan Ulin, putus. Hujan deras di Banjarbaru juga mengakibatkan air Sungai Tiung meluap dan membanjiri dua desa di Kecamatan Cempaka. Banjir merendam rumah sekitar 300 keluarga dengan ketinggian air berkisar 0,5 meter-1,5 meter. Hujan deras dari Rabu malam hingga Kamis pagi membuat sejumlah kawasan di Desa Gotakan, Kecamatan Panjatan, Kulon Progo, DI Yogyakarta, tergenang setinggi sekitar 30 sentimeter. Banjir bukan karena luapan Sungai Haisero seperti pada akhir Desember lalu, melainkan karena limpasan air hujan dari kawasan utara Desa Panjatan yang didominasi perbukitan kapur. Genangan tidak sampai memasuki rumah warga. ”Genangan sudah surut saat sore hari,” ujar tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kulon Progo, Rais Purwanto. Hujan deras juga menyebabkan banjir bandang di Desa Tubanan, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Rabu sekitar pukul 08.00. Tidak ada korban jiwa, tetapi tiga rumah rusak berat dan belasan ternak terseret banjir. Kepala BPBD Kabupaten Jepara Lulus Suprayitno mengatakan, peristiwa itu terjadi setelah hujan deras di wilayah hulu Sungai Kedung Lawu selama beberapa jam. Banjir menyebabkan tanggul Sungai Kedung Lawu jebol sepanjang 15 meter. Sungai Tanggul di Desa Kraton, Kecamatan Kencong, Jember, Jawa Timur, juga meluap lagi Selasa malam dan menggenangi perkampungan. Warga yang semula sudah kembali ke rumah dari pengungsian setelah air pada banjir pertama surut dua hari lalu harus mengungsi lagi. Pada musim hujan ini, sejumlah daerah juga rawan banjir dan longsor. Di Papua, misalnya, berdasarkan data BPBD Provinsi Papua, ada enam kabupaten yang terancam banjir dan longsor. ”Keenam wilayah itu ialah Yahukimo, Sarmi, Paniae, Keerom, Kota Jayapura, dan Kabupaten Jayapura,” kata Kepala BPBD Papua Didi Agus Prihatno, di Jayapura. Ancaman longsor juga terjadi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Saat ini, 38 rumah di Desa Sidosari, Kecamatan Salaman, retak karena tanah di permukiman itu merekah selebar 1-20 sentimeter. Rekahan tanah itu berpotensi menyebabkan longsor dan tanah ambles. (BAY/DKA/SIR/JUM/HEN/FLO/DRA/EGI) Post Date : 10 Januari 2014 |