|
Sejumlah wilayah di Barito Utara, Kalimantan Tengah, memiliki potensi pembangkit listrik tenaga mikro hidro atau listrik dari tenaga air sebagai energi alternatif. "Sejumlah kawasan di wilayah kecamatan sudah kami survei untuk diteliti potensi air terjunnya dapat dijadikan energi listrik," kata Kepala Bidang Energi pada Dinas Pertambangan dan Energi Barito Utara (Barut) Sarwo Mulyo di Muara Teweh, Senin. Menurut Sarwo, survei pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) ini menggunakan metode pengukuran pelampung (metode floating) dan GPS dilakukan di wilayah kecamatan sejak tahun 2010 lalu hingga 2013. Survei potensi listrik tenaga air ini merupakan lanjutan dari kegiatan serupa, guna dibangun sarana listrik di pedalaman. "Saat ini kami masih membuka masukan atau informasi dari masyarakat untuk mencari lokasi potensi PLTMH untuk kembali disurvei," katanya didampingi kepala Seksi Listrik, Suriadi Musa. Sarwo menjelaskan, hasil survei 2013 dilakukan di kawasan Kecamatan Lahei Barat antara lain air terjun Jantur Bongkok Desa Nihan Hilir dengan ketinggian 5,5 meter berpotensi jadi daya listrik 415 kilowatt (kw), air terjun Hongkong Luwe Desa Luwe Hulu (6 meter) dengan potensi 877 kw. Kemudian di wilayah Kecamatan Teweh Baru meliputi air terjun Jantur Logom Desa Sabuh (delapan meter) dengan potensi 616 kw dan air terjun Bukit Keminting Kelurahan Jingah (dua meter) potensi 32,89 kw. Tahun 2012 dilakukan di kawasan air terjun Limungun di Sungai Temulur Desa Muara Mea Kecamatan Gunung Purei dengan potensi daya listrik sekitar 357 kw, air terjun Jantur Doyam Desa Mukut Kecamatan Lahei 380 kw dan Sungai Brioi Desa Sungai Rahayu II Kecamatan Teweh Tengah sekitar 221 kw. Untuk tahun 2011 potensi listrik di wilayah Kecamatan Teweh Tengah yakni DAM Trinsing sekitar 118 kw dan DAM Trahean 82 kw, Sungai Malungai Desa Malungai Kecamatan Gunung Timang 21,78 kw, Sungai Sentuyun Desa Tanjung Harapan Kecamatan Gunung Purei sekitar 22 kw. "Wilayah Kabupaten Barito Utara memang banyak memiliki lokasi yang bisa dijadikan PLTMH selain air terjun juga riam bebatuan untuk dimanfaatkan energi listrik air berkapasitas sedang," katanya. Sarwo mengatakan, lokasi itu di antaranya pemanfaatan riam di pedalaman Sungai Lahei (anak Sungai Barito) di wilayah Desa Rahaden Kecamatan Lahei. Riam bebatuan di desa tersebut arusnya sangat deras saat air sungai naik atau sedang, sehingga dapat dimanfaatkan menjadi energi listrik tenaga air berkapasitas sedang. "Namun potensi riam bebatuan ini dinilai tidak maksimal karena airnya sering kering akibat kemarau, padahal PLTMH perlu air sepanjang tahun atau minimal 10 bulan setahun harus ada air," jelasnya. Ia mengatakan, pihaknya juga menjajaki pembangunan energi listrik dengan menggunakan fasilitas kincir air dengan memanfaatkan arus air Sungai Barito yang mengalir deras dari wilayah hulu atau utara ke hilir atau selatan. Arus air sungai sepanjang 900 kilometer yang wilayah hulunya di Kalteng dan bermuara di laut Jawa wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel) ini menyimpan potensi listrik yang digerakkan tenaga kincir air. "Ini merupakan program jangka panjang sebagai energi alternatif bagi warga di pedesaan," ujarnya. Potensi energi listrik dari tenaga air di kabupaten pedalaman Sungai Barito ini sangat besar sesuai survei PT PLN wilayah Kalteng dan Kalsel untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) maupun PLTMH. Hasil penelitian pihak PLN untuk PLTA Muara Teweh berkapasitas 34 MegaWatt (MW), PLTA Muara Lahei 32,2 MW dan PLTMH Gunung Purei memanfaatkan air Sungai Teweh (anak Sungai Barito) sekitar 0,6 MW atau 600 kilo watt. "Pemanfaatan potensi air yang disurvei PLN ini merupakan program jangka panjang," katanya.
Post Date : 18 Februari 2014 |