|
Berawal dari ide sederhana, Yus Hardiman (46), warga kelurahan Babakan Surabaya, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung, berhasil mengembangkan sebuah alat pengolah sampah organik alias biodigester.
Yus menjelaskan bahwa kerja biodigester sederhana ini tidak terlalu rumit. Sampah-sampah organik hasil buangan rumah tangga dan pasar ditampung di dalam sebuah ruangan bervolume 20 kubik untuk diberikan bakteri pemakan sampah organik. Hasil pengolahan dalam proses tersebut akan menghasilkan gas metana.
"Sampah organik diubah menjadi gas metan. Kemudian dimanfaatkan untuk menggerakan genset, listriknya disimpan dalam power bank 2000 watt jadi bisa digunakan kapan saja," kata Yus saat ditemui seusai peresmian biodigester di Bandung Trade Mall, Kiaracondong, Kota Bandung, Senin (27/10/2014).
Gas metana tersebut ternyata tidak hanya dipakai untuk menggerakan genset saja. Gas tersebut juga dialirkan menggunakan selang sehingga bisa digunakan untuk memasak. Hanya saja, penggunannya tidak bisa terlalu banyak karena dari 20 kubik sampah yang diolah hanya bisa menghasil satu kubik gas metana.
Sedikitnya gas metana yang dihasilkan, kata Yus, disebabkan oleh perbandingan sampah non organik seperti plastik yang terlalu banyak ketimbang sampah organik. Dari 20 kubik sampah, hanya seperempatnya saja yang merupakan sampah organik.
"Sampah ini tidak hanya dari Kelurahan Babakan Surabaya saja. Ada juga dari beberapa kelurahan lain seperti Batununggal dan Cikutra," tuturnya.
Ke depan, gas metana yang dihasilkan juga bisa dipakai untuk mengolah sampah non organik dengan menggunakan sistem distilasi.
"Nantinya gas tidak hanya untuk listrik tapi untuk pengolahan sampah anorganiknya dengan cara didistilasi. Nanti sampah anorganiknya diolah, dipanaskan oleh gas metan nanti balik lagi menghasilkan bensin," singkatnya.
Instalasi biodigester ini ternyata sudah banyak digunakan. Namun, mesin ini punya keunggulan. "Kelebihannya ada di pemurni, karena biasanya tidak dimurnikan," ungkapnya.
Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil yang datang untuk meresmikan instalasi biodigester tersebut mengaku sangat takjub. Menurut dia, instalasi tersebut merupakan teknologi pengolahan sampah yang cocok diterapkan di Kota Bandung.
"Alhamdulillah hari ini kita bisa meresmikan fasilitas yang akan menjadi masa depan Kota Bandung," ujar pria yang akrab disapa Emil ini.
Dia menambahkan bahwa setiap kelurahan di Kota Bandung diharapkan memiliki instalasi serupa agar bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya.
"Kalau ada 151 kelurahan di Bandung, minimal ada satu yang skala besar. Sambil yang skala kecil kita kebut APBD sudah dianggarkan. Jadi nanti perkelurahan dianggarkan untuk membangun biodigester seperti ini," ungkap pria lulusan University Of California, Berkeley, Amerika Serikat ini.
Post Date : 28 Oktober 2014 |