|
Atambua, Kompas - Sebanyak 75 dari 1.250 sumur air bersih di Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, sejak sepekan terakhir terendam lumpur akibat banjir yang melanda wilayah itu pada Kamis (31/1). Warga terpaksa mengonsumsi air sungai karena air tangki bantuan Pemkab Belu tidak mencukupi. Camat Malaka Barat Remigius Asa yang dihubungi di Belu, Kamis (7/2), mengatakan, 1.250 sumur bor tersebut untuk memenuhi kebutuhan air 5.400 penduduk kecamatan tersebut. Sumur-sumur itu dibuat oleh lembaga swadaya masyarakat dan sebagian oleh warga sendiri, kata Asa. Banjir terjadi akibat hujan deras di daerah hulu Sungai Benanain, Kabupaten Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan. Saat ini banjir telah surut. Sumur yang terendam lumpur umumnya dibangun tanpa diberi dinding bata atau beton, melainkan berdinding tanah. Permukaan sumur juga rata dengan tanah sehingga mudah kebanjiran. Menurut Asa, masyarakat sebenarnya bisa menyedot lumpur dari sumur yang tercemar karena Yayasan Perkumpulan Masyarakat Penanggulangan Bencana Provinsi Nusa Tenggara Timur yang membangun sumur juga menyediakan alat penyedot. Akan tetapi, penyedotan lumpur membutuhkan bahan bakar. Masyarakat tidak bersedia membeli bahan bakar. Mereka bergantung pada pemerintah dan membiarkan lumpur di sumur. Untuk memenuhi kebutuhan air, warga mengonsumsi air sungai yang juga sedang keruh akibat banjir kiriman dari Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara. Akibatnya, warga terserang gatal-gatal setelah mandi di sungai. Pemerintah Kabupaten Belu mengirim satu tangki air bagi warga yang sumurnya terendam lumpur. Meski demikian, pasokan air bersih bantuan pemerintah ini tidak mencukupi kebutuhan air warga. Selain menggenangi puluhan sumur, banjir juga merusak sekitar 200 hektar lahan pertanian serta merendam 2.700 rumah penduduk. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. (KOR) Post Date : 08 Februari 2008 |