|
Jakarta diperkirakan pada tahun 2025 akan mengalami defisit 23.720 liter air per detik. Sementara saat ini ketersediaan air hanya mampu 2,2 persen dari kebutuhan air bersih warganya. Hal ini dinyatakan oleh Firdaus Ali sebagai Ketua Umum Indonesia Water Institute. Kualitas air yang buruk, kuantitas air semakin menurun ditambah dengan kontinuitas pun terganggu menambah kebingungan masyarakat untuk mendapatkan air bersih. Faktor utama terjadinya krisis air baku adalah perilaku masyarakat yang menyebabkan kerusakan hutan dan tercemarnya sumber air baku. Untuk itu diperlukan penanganan yang sangat serius dan melibatkan banyak pihak terkait. Salah satu cara yang dapat dilakukan masyarakat yaitu hutanisasi kembali kawasan sumber air, pembuatan biopori untuk meningkatkan resapan air, membuat penampungan air, berhemat dalam pemakaian air, mendaur ulang air bekas pakai yang kemudian digunakan untuk keperluan lainnya dan yang tidak kalah pentingya adalah masyarakat diajak untuk mengamankan air yang dirancang untuk mengurangi, mengeliminasi atau mencegah kontaminasi dan rekontaminasi penyediaan air. Tidak ketinggalan pula dalam Percik edisi menyelamatkan air untuk masa depan ini dipaparkan belajar mengelola air buangan dari Singapura dengan cara pengelolaan air buangan agar dapat mencegah kontaminasi dan penyebaran penyakit, melindungi sumber air dan mendapatkan alternatif sumber air baku (air reklamasi). Semua ini dilakukan untuk menjaga ketersediaan air di masa mendatang. Post Date : 21 Maret 2013 |