|
KARANGANYAR-Bencana alam yang melanda Karanganyar ternyata membawa dampak cukup luas. Tidak hanya kerusakan lahan pertanian atau pemukiman warga, tapi sumber mata air ikut rusak. Tercatat ada 75 sumber mata air di wilayah Karanganyar rusak usai bencana. Kepala Konservasi Sumber Mineral Energi dan Air Bawah Tanah, Kantor Dinas Lingkungan Hidup Karanganyar, Hafidz A.H mengatakan, bencana alam memang menjadi penyebab rusaknya sumber air di Karanganyar. Selain itu faktor lain adalah kondisi lahan yang tidak lagi mampu menyerap air. "Data kami ada 75 sumber mata air sudah tidak lagi mampu menyerap air. Sebab kondisi lahan di sekitar sumber mata air tersebut sudah gundul," ujarnya saat di temui di kantornya kemarin (25/3). Hafidz menambahkan, jika beberapa sumber mata air di sekitar kawasan hutan tersebut tidak lagi mampu menyerap dan menyimpan air bawah tanah, dikhawatirkan kebutuhan air untuk kehidipan masyarakat dan kebutuhan irigasi lahan pertanian juga akan semakin berkurang. Selama ini Hafidz mengaku, untuk mengelola sumber mata air tersebut, dia harus menghadapi beberapa kendala, seperti keterbatasan sumber daya manusia (SDM) dan beberapa sarana untuk melakukan pemantauan lokasi. "Rata-rata sumber mata air tersebut berada jauh di tengah hutan. Selain itu alat yang kita gunakan untuk mendeteksi kerusakan dan kondisi air yang ada di dalam tanah juga sangat minim," tandasnya. Hafidz berharap, dengan mengambil hikmah dari bencana alam yang terjadi di Karanganyar beberapa waktu lalu, kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan dan hutan juga semakin tumbuh. Pasalnya selain karena faktor alami akibat lahan tandus, salah satu akibat rusaknya sumber mata air adalah kerusakan lahan yang muncul akibat pembalakan liar. Sementara itu untuk meminimalisasi terjadinya kerusakan di beberapa sumber mata air tersebut, kini pihaknya tengah menggalakkan tanaman akar kuat di sekitar lokasi sumber mata air. "Selain tanaman akar kuat seperti Ringin, Asem dan Jemitri, beberapa tanaman produktif seperti alpokat dan mangga juga kita tanam di sekitar sumber mata air. Sebab selain tanaman tersebut juga mengandung nilai ekonomis tanaman tersebut juga mampu menyimpan resapan air," imbuhnya. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Karangayar Samsi mengatakan, untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup diharapakan masyarakat mau menerapkan pola hidup alami. Pasalnya pola hidup masyarakat yang cenderung praktis dan konsumtif juga menjadi pendorong terjadi kerusakan lingkungan. "Masyarakat masih cenderung menjalankan pola hidup yang tidak selaras untuk menjaga kelestarian lingkungan, hal ini tampak dengan masih banyaknya sampah rumah tangga yang terbuat dari bahan plastik," paparnya.(in/bun)
Post Date : 26 Maret 2008 |