|
Solo - Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta akan segera
menerapkan penyedotan septic tank terjadwal. Hal ini ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya terkait sanitasi.
Pemkot akan mengubah mekanisme yang ada selama ini dengan sistem
penyedotan terjadwal yang disebut Sistem Layanan Lumpur Tinja Terjadwal
(SL2T2). Selama ini masyarakat menyedot septic tank hanya kalau ada masalah, mampet, atau penuh. Penyedotan dilakukan dengan menelepon usaha jasa sedot tinja atau milik Pemkot. Mekanisme yang disebut on call basic itu dinilai tidak bisa memantau kondisi septic tank masyarakat dan tidak menjamin usaha truk tinja swasta karena order sedot tinja terbatas. Karena itulah, Pemkot Surakarta akan mengubahnya menjadi pelayanan dengan sistem penyedotan terjadwal yang selanjutnya disebut dengan Sistem Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (SL2T2). Untuk penerapannya telah dilakukan berbagai persiapan, di antaranya revitalisasi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Putri Cempo, penyiapan regulasi dan penerapan tarif sedot. "Penyedotan terjadwal akan memaksimalkan usaha sedot tinja swasta. Mereka akan makin bagus usahanya dan kualitas lingkungan meningkat," kata Wali Kota Surakarta, Hadi Rudyatmo, dalam Workshop Peningkatan Pengelolaan Lumpur Tinja di Solo, Selasa (29/4/2014). Penyedotan terjadwal, kata Rudy, akan diterapkan di seluruh kota, khususnya untuk rumah tangga yang tidak terlayani sambungan air limbah perpipaan yang dikelola PDAM. Program tersebut akan dimulai tahun 2015 setelah semua persiapan teknis selesai. Sebagai pelaksananya adalah Pemkot, PDAM dan dibantu Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene (IUWASH). Ditemui di tempat yang sama, Direktur Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP) Ditjen Cipta Karya Kementerian PU, Djoko Mursito mendukung SL2T2 yang akan diterapkan di Solo sebagai bagian dari percepatan pencapaian MDGs 2015 yang selanjutnya nanti akan menghadapi tantangan SDGs 2019 yaitu sustainability development goals. Dia juga mengatakan kondisi IPLT di Indonesia saat ini memprihatinkan. Dari 134 IPLT di kota/kabupaten, hanya 15 IPLT yang berfungsi optimal. Hal itu disebabkan kondisi yang tidak sesuai standar sehingga tidak bisa disedot, belum ada pengelola IPLT yang jelas, belum didukung dengan regulasi yang mengatur tentang pengelolaan air limbah sehingga IPLT tidak optimal. "Limbah tinja mengandung banyak bakteri yang bisa mencemari air tanah. Namun jika diolah secara benar, sangat bermanfaat. Bisa dijadikan pupuk seperti yang dilakukan di Malang dan Probolinggo. Kesadaran Pemda mengelola lumpur tinja juga masih tergolong rendah. Dari 507 kabupaten/kota baru 134 yang memiliki IPLT dan hanya 15 yang dimanfaatkan secara optimal," ujarnya. Post Date : 30 April 2014 |