74 Kecamatan Terendam

Sumber:Kompas - 03 Februari 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Surabaya, Kompas - Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Jawa Timur meluas. Luapan Bengawan Solo terus mengancam Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan Gresik, selain di wilayah lainnya. Sekurangnya 74 kecamatan di Jatim terendam, Senin (2/2).

Hingga Senin kemarin, tidak kurang dari 9.348 hektar sawah dan 12.190 hektar ladang jagung terendam banjir di Jatim. Meski demikian, Penjabat Gubernur Jawa Timur Setia Purwaka di Surabaya meminta stok pangan diamankan dan produksi pangan tetap sesuai target.

Kepala Dinas Pertanian Jatim Wibowo Eko Putro mengatakan, setelah banjir melanda 74 kecamatan di 19 kabupaten di Jatim, lahan tanam padi dan jagung ikut terendam. Dari keseluruhan sawah di Jatim seluas 840.645 hektar, sebanyak 9.348 hektar sawah terendam dan 969 hektar sawah puso.

Luapan Bengawan Solo di Bojonegoro kemarin sore menerjang 85 desa di 15 kecamatan. Sebanyak 3.269 rumah terendam dan hampir 3.000 hektar tanaman juga terendam. Bahkan, sejumlah sekolah juga tergenang sehingga tak ada aktivitas belajar-mengajar.

Untuk memperkuat tanggul di Kecamatan Kanor, pemerintah setempat mengirimkan 12.000 zak karung plastik berisi pasir dan tanah. Bahan bantuan berupa beras dan mi instan sudah didistribusikan ke lokasi yang mudah dijangkau warga. "Sewaktu-waktu warga perlu bantuan bisa lebih cepat dengan koordinasi perangkat desa," kata Lukman Wafi, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Bojonegoro, Senin.

Pemerintah meminta masyarakat sekitar Bengawan Solo lebih waspada sebab permukaan air Bengawan Solo terus meninggi. Rumah warga yang tinggal di antara tanggul dan bibir sungai sudah terendam.

Bengawan Solo juga merendam Lamongan, yaitu di beberapa desa di Kecamatan Babat dan Kecamatan Laren. Warga berusaha menyiapkan karung plastik untuk menanggul lokasi yang terancam banjir. Di Desa Simorejo, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, warga membuka dam dan mengalirkan air ke persawahan agar tak jebol dihantam banjir. Warga Gedangan, Kecamatan Maduran, berupaya meninggikan tanggul.

Di Lumajang, 1.767 rumah di tiga desa di Kecamatan Rowokangkung, yakni Desa Rowokangkung, Sidorejo, dan Ndawanwetan, terendam. Banjir juga terjadi di sejumlah desa di Kecamatan Yosowilangun dan Tekung. Selain itu, 567 hektar sawah dan 954 hektar perkebunan tebu milik PTPN XI Pabrik Gula Jatiroto juga terendam.

Ketinggian air di permukiman berkisar mulai 50 cm sampai 100 cm. Warga pun mengungsi ke rumah saudara atau bangunan lainnya yang lebih tinggi. Ternak juga diungsikan ke tempat-tempat yang lebih tinggi. Berbagai perabot rumah tangga dan harta benda milik warga ditempatkan di atas dipan atau lemari.

Di Jombang, seorang santri di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Al Fatah, Tambakberas, bernama M Irfai (17), Senin pagi ditemukan tewas terapung di anak Sungai Konto. Menurut Kepala Polsek Tembelang Ajun Komisaris Purwo, korban diketahui hanyut akibat derasnya arus pada Sabtu (31/1) malam.

Di Blitar sedikitnya delapan kecamatan yang berbatasan langsung dengan Sungai Brantas menerapkan sistem ronda (jaga malam) untuk memantau perkembangan debit air sungai selama musim hujan. Warga di delapan kecamatan, yakni Wlingi, Talun, Kanigoro, Sutojayan, Kademangan, Sanan Kulon, Srengat, dan Wonodadi khawatir Sungai Brantas akan meluap setiap saat karena guyuran hujan deras yang terus- menerus.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Jatim Mustofa Chamal Basya menjelaskan, pengendalian air di daerah aliran Sungai (DAS) Brantas lebih mudah dilakukan sebab terdapat banyak waduk. Namun, di DAS Bengawan Solo yang juga melintasi Provinsi Jawa Tengah, hanya terdapat satu waduk yakni Gajahmungkur. Hal ini belum ditambah sedimentasi yang membuat kapasitas waduk umumnya tinggal setengah. (ACI/INA/SIR/APA/INK/LAS/NIK)



Post Date : 03 Februari 2009