Sampah warga kota Medan pasca
Lebaran yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terjun Medan Marelan
rata-rata perhari mencapai 1.100 ton. Dari jumlah tersebut hanya sekitar
25% yang dipungut pemulung dari lokasi tersebut untuk dijadikan sebagai bahan
daur ulang.
Petugas timbang sampah Unit
Pelayanan Terpadu Daerah (UPTD) TPA Terjun Muhammad Iqbal yang ditemui
MedanBisnis, Rabu (14/8) mengatakan, sampah yang diangkut setiap hari mencapai
1.100 ton berasal dari 21 kecamatan di Kota Medan dengan jumlah sebanyak 330
trip angkutan.
Tingginya jumlah sampai yang masuk ke TPA yang memiliki luas lebih kurang 18,5
hektare tersebut membuat petugas Dinas Kebersihan Kota Medan kelimpungan.
Pasalnya, empat unit alat berat, berupa dua unit buldozer ditambah
masing-masing 1 unit wheel loader dan excavator, belum maksimal meratakan
sampah agar tidak menumpuk pada satu tempat.
Untuk menghilangkan tumpukan yang menggunung, petugas kebersihan di UPTD PTA
Terjun terpaksa membakar sampah yang sudah tidak dapat didaur ulang itu,
sehingga dampaknya menimbulkan asap tebal.
Iqbal didampingi Pengawas TPA Terjun Ramli, menambahkan, sejak ditutupnya TPA
Namubintang Jalan Jamin Gintig, akhir tahun lalu, jumlah pemulung di TPA Terjun
bertambah hingga mencapai 400 orang. "Mereka berlomba memanfaatkan 25%
sampah yang dapat di daur ulang untuk dijual ke penampung barang bekas,"
ujar Ramli.
Bertambahnya para pemulung juga berdampak pada penghasilan mereka yang tidak
lagi dapat setara dengan upah minimum provinsi.
Sabam Manohan, seorang pemulung yang ditemui MedanBisnis tidak membantah jika
jumlah komunitas mereka dalam tahun ini bertambah hingga 400 orang. "Tahun
lalu sebelum ditutup TPA Namubintang, jumlah pemulung di TPA Terjun hanya
berkisar 300 orang, tetapi tahun ini sudah mencapai 400 orang," kata
Sabam.
Sabam menuturkan, meski jumlah sampah meningkat, bukan berarti penghasilan para
pemulung bertambah. Selain para pemulung harus bersaing mengais rezeki di lahan
tanpa pohon yang disinari panas terik matahari tersebut, jatah sampah mereka
juga direbut kernet truk pengangkut sampah yang telah mengumpulkan sampah daur
ulang selama sampah diangkut dalam perjalanan.
Sampah daur ulang tersebut antara lain dalam bentuk logam, besi, aluminium,
kaleng, kaca, plastik, botol air kemasan, karton dan goni plastik yang harganya
bervariasi.
"Penghasilan saat ini rata-rata Rp 25 ribu per hari sudah lumayan, padahal
pada tahun lalu bisa Rp 50 ribu perhari," ujar Sabam yang juga diamini
rekan senasib, Alek dan Anto.
Post Date : 15 Agustus 2013
|