|
SEMARANG - Sampah plastik yang semula menjadi ancaman terhadap lingkungan, menjadi kerajinan yang diminati. Kelompok usaha Alam Pesona Lestari (APL) Jomblang kini mampu memproduksi ribuan tas hingga dompet dari limbah plastik minuman sachet. Pengerjaannya pun tak terlalu rumit. Setelah dicuci bersih, kemasan sachet digunting dan dilipat kemudian dijahit satu persatu. “Ini kreativitas menggunting atau melipat tanpa perlu keahlian khusus. Dengan mengkombinasikan warna sachet menjadi barang yang layak pakai,” ujar Ketua Kelompok Usaha APL Jomblang, Sri Ismiyati di sela-sela peresmian Galeri Daur Ulang Limbah Kemasan Marimas, baru-baru ini. Kreativitas daur ulang itu semata-mata datang dari kegelisahan Bu Sur, sapaan akrab Sri Imiyati, bahwa Kelurahan Jomblang sebagai daerah rawan kekeringan karena kontur tanah yang berbukit. Guna mengantisipasi dampak perubahan iklim seperti kekeringan, banjir dan longsor, ia mengorganisir warga setempat untuk mempertahankan lingkungannya terutama pada pengelolaan sampah. “Kelompok APL kini beranggotakan 100 ibu-ibu warga setempat yang semula ingin mengelola sampah dengan sistem bank sampah. Kemudian kami kembangkan sebagai basis ekonomi melalui kerajinan,” kata perempuan kelahiran Magelang 24 Oktober 1950. Bahan Baku Pada 2008 ia memulai untuk berkreasi sampah plastik hingga mampu membangun basis ekonomi masyarakat. Dengan permintaan yang semakin banyak, bahan sulit didapat. Gayung bersambut, pihak Marimas yang mengetahui kiprah Bu Sur lantas mendatangi kelompok APL dengan memberikan limbah plastik berupa sachet sebagai bahan baku. Alhasil, kreasi tersebut berupa tas belanja, dompet, tikar, sajadah, tempat tisu, lunch box, dan sandal hotel. Produk tersebut kini telah dikirim ke Jerman, Belanda, Jepang dan China. Hasil kerajinan tersebut bisa ditemui di galeri yang beralamat di Jalan Kinibalu Barat 50, Jomblang. Branch Manager Marimas, Poppy Sri Harwati mengatakan, kerja sama secara mutual ini tak hanya sekadar segi materi namun juga memfasilitasi kelompok binaan lain. “Dengan kreasi tersebut Bu Sur turut memberikan pelatihan kepada kelompok binaan lain. Selain itu kami juga membeli kembali produk hasil yang telah didaur ulang,” tuturnya. (K16-87) Post Date : 03 Februari 2014 |