|
Tangerang, Kompas - Sebagian besar warga atau 73 persen warga Kota Tangerang belum terlayani air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Benteng. Dari kebutuhan 300.000 pelanggan, hanya 27.000 pelanggan yang sudah menikmati layanan air bersih. Sisanya, 273.000 pelanggan, masih mencari sendiri sumber air bersih untuk kebutuhan keluarga. Direktur Utama PDAM Tirta Benteng Marju Kodri kepada Kompas mengatakan, dengan asumsi satu pelanggan terdiri atas lima jiwa, berarti sebanyak 1,365 juta jiwa warga Tangerang masih belum mendapatkan air bersih. Adapun warga yang menikmati air bersih dari PDAM sebanyak 135.000 jiwa. ”Direncanakan, dalam kurun waktu lima tahun ke depan, ada sekitar 120.000 sambungan dibangun sehingga pelanggan dapat menikmati air bersih. Artinya, setiap tahun sekitar 5.000 sambungan yang dipasang,” jelas Mardju, di Tangerang, Sabtu (26/5). Mardju mengatakan, pihaknya menggaet PT Moya Indonesia, perusahaan asing dari Bahrain, untuk mengelola air bersih. Perusahaan swasta asing itu berencana menginvestasikan Rp 1,15 triliun untuk pekerjaan konstruksi dan instalasi. Mereka akan membangun tiga instalasi air baru dengan kapasitas 3 x 500 liter per detik. Selain itu, PT Moya Indonesia juga akan membangun 3 instalasi air baru dengan kapasitas 3 x 500 liter per detik. Sementara kebutuhan air baku, tambah Mardju, bersumber dari Sungai Cisadane. Wali Kota Tangerang Wahidin Halim mengakui, hingga kini masih banyak warganya yang belum dilayani air bersih dari PDAM. Sebagian besar dari warga masih menggunakan air tanah untuk kebutuhan hidupnya. ”Setelah adanya kerja sama dengan swasta asing, paling tidak kami dapat memenuhi standar 80 persen warga harus terlayani air bersih dari PDAM,” kata Wahidin. Tak punya sumur Sebagian warga Kecamatan Neglasari, yang lokasinya berada di belakang kawasan Bandara Soekarno-Hatta, masih menggunakan aliran air Sungai Cisadane untuk memenuhi kebutuhan mandi cuci dan kasus. Mereka memilih memanfaatkan air sungai yang keruh tersebut karena tidak memiliki sumur. Sementara bantuan pompa air yang diberikan kepada warga sangat terbatas. ”Kami terpaksa mencuci baju dan mandi di sungai karena airnya banyak. Kalau di sumur pompa, kami harus antre,” kata Sumirah (52), warga RT 03 RW 07 Kelurahan Selapajang, Kecamatan Neglasari. (PIN) Post Date : 27 Mei 2012 |