|
SEMARANG - Permasalahan banjir di Kota Semarang sudah menjadi momok menakutkan bagi warga. Setiap turun hujan deras dengan durasi waktu lama, dipastikan akan terjadi genangan-genangan di beberapa titik. Terutama di kawasan Simpanglima, perempatan Milo (Jalan Dr Cipto-Jalan Bridgen Sudiarto), perempatan Tentara Pelajar-Sompok (Kelurahan Jomblang), kawasan Tlogosari, Jalan Pahlawan, Jalan Gajah Raya, kawasan Johar, Pleburan, Imam Bonjol, kawasan Stasiun Tawang dan Poncol, Pedurungan, kawasan Citarum, dan banyak daerah lain. Berbagai upaya sudah dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang. Seperti pembangunan long storage, kolam retensi, rumah pompa, serta perbaikan saluran air. Namun upaya itu seakan mentah ketika turun hujan lebat. Imam Supriyanto, warga Genuk mengatakan, Pemkot harus bertindak tegas dalam membatasi eksplorasi lahan hijau di wilayah atas. Hilangnya daerah-daerah resapan di kawasan Semarang bagian atas, dinilai menjadi penyebab utama terjadinya banjir. “Saat ini banjir sudah menjadi momok bagi warga. Setiap hujan deras, warga di daerah bawah akan was-was atas ancaman banjir,’’ katanya. Jangka Pendek Beberapa waktu lalu, Supriyadi, wakil ketua DPRD Kota Semarang mengatakan, normalisasi empat sungai besar, Kali Beringin, Plembon, Kali Tenggang, dan Banjirkanal Timur dianggap menjadi salah satu solusi jangka pendek yang tepat guna penanganan masalah banjir. Di APBD Perubahan 2013, pihaknya akan memprioritaskan penganggaran guna realisasi normalisasi beberapa sungai besar. Selain normalisasi sungai, pihaknya juga akan mengevaluasi Perda Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) serta perizinannya. Dia melihat, hilangnya daerah-daerah hijau, memiliki peran besar terjadinya bencana banjir maupun tanah longsor di wilayah ini. “Daerah-daerah resapan kini banyak yang sudah hilang. Khususnya di Kecamatan Mijen maupun Ngaliyan, banyak yang sudah menjadi perumahan maupun kawasan industri,” tegas dia. Sementara itu, Pemkot bergerak cepat menyikapi banjir yang terjadi di beberapa titik. Pemkot membagikan sembako dan membuat dapur umum di beberapa tempat. Bersama stakeholder, perwakilan Pemkot juga membagikan nasi bungkus untuk warga korban bencana. Plt Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyampaikan, selain langkah-langkah tersebut, pihaknya juga tengah mencari solusi agar banjir tidak terulang kembali. Baik itu solusi jangka pendek, menengah hingga panjang. “Pada prinsipnya, Kota Lunpia harus menjadi kota yang nyaman untuk ditinggali. Dalam dua hari terakhir, intensitas hujan di Semarang cukup tinggi. Hal itu membuat genangan di beberapa titik. Kami tidak berdiam diri. Tindakan-tindakan terus kami lakukan untuk mengurangi beban warga yang terkena banjir,’’ tutur pria yang akrab disapa Hendi itu. Untuk solusi jangka pendek, akan dilakukan pengerukan di beberapa irigasi. Kemudian pembersihan sampah untuk daerah-daerah yang terkena banjir. Untuk hal itu, Pemkot akan berkoordinasi dengan dinas-dinas terkait agar cepat melaksanakan penanganan. Pembangunan Embung Adapun solusi jangka menengah adalah pembangunan embung di Muktiharjo Kidul dan Tlogosari. Dua daerah tersebut termasuk yang paling parah dilanda banjir, yakni mencapai kedalaman 50 sentimeter. Pemkot menargetkan, pembangunan tersebut akan selesai pada 2014. Untuk mengatasi masalah banjir, khususnya di wilayah timur Kota Semarang, Dinas PSDA-ESDM Kota Semarang memang berencana membangun empat kolam retensi (embung). Kolam retensi itu akan dibangun di Muktiharjo Kidul, Tlogosari, Kalicari, dan Bugen Kecamatan Pedurungan. Menurut Agus Riyanto, kepala Dinas PSDA-ESDM Kota, empat kolam retensi akan dibangun untuk mengatasi banjir, khususnya di Kecamatan Pedurungan dan sekitarnya. “Prioritas utama adalah kolam retensi berskala besar di Muktiharjo Kecamatan Pedurungan. Sementara tiga lainnya bersekala kecil. Untuk embung atau kolam retensi di Muktiharjo, kami sudah menyiapkan lahan seluas delapan hektare. Rencananya akan kami ajukan di APBD 2014 dengan anggaran Rp 35 miliar,” katanya. Saat ini, rencana pembangunan kolam retensi di Muktiharjo masih dalam tahap perencanaan dan penyusunan detailed engineering design (DED). Sedangkan tiga lainnya masih harus melalui tahapan pembebasan lahan. “Rencananya kolam retensi Tlogosari akan dibuat dengan luasan 2,6 hektare, kolam retensi Bugen dengan luasan 1,5 hektare, dan kolam retensi Kalicari dengan luasan 0,47 hektare,” ujarnya. (K18,H71,H35-69) Post Date : 04 Maret 2013 |