Dari delapan target yang ditetapkan dalam Millenium
Development Goals (MDGs), Indonesia masih kesulitan untuk mencapai target
peningkatan akses terhadap air bersih dan kualitas sanitasi.
Utusan
Khusus Presiden RI untuk MDGs Nila Moeloek mengatakan, naiknya populasi
penduduk Indonesia setiap tahun membuat akses terhadap air bersih dan sanitasi
semakin terhambat. Menurut dia, Indonesia perlu upaya ekstra dalam meningkatkan
kualitas sanitasi dan air bersih sebelum tahun 2015 apabila ingin mencapai
target MDGs.
"MDGs
akan berakhir tahun 2015, ada target yang sudah dicapai Indonesia, ada juga
target yang sulit bagi Indonesia untuk mencapainya, salah satunya meningkatkan
kualitas sanitasi dan air bersih," ujar dia ketika ditemui dalam acara
" MDGs Masuk Kampus Unika Atma Jaya" di Gedung Yustinus, Universitas
Atmajaya, Jakarta, Senin (17/2).
Nila
menjelaskan adanya kesenjangan sosial antara penduduk di kota dan desa juga
menjadi penyebab mengapa kualitas sanitasi dan air bersih di Indonesia masih
kurang terjaga dengan baik, kesenjangan sosial menentukan perilaku masyarakat
khususnya masyarakat kurang mampu.
Banyak
masyarakat kurang mampu yang masih menerapkan perilaku Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) sehingga merusak lingkungan, selain itu masih banyak
masyarakat di daerah yang mengalami kesulitan dalam mengakses air bersih bahkan
sampai menggunakan air hujan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Nila
mengatakan, berdasarkan data dari Kantor Utusan Khusus Presiden RI (KUKPRI)
tahun 2010 sebanyak 54,9% populasi Indonesia tidak memiliki akses terhadap air
bersih dan 44,5% masyarakat tidak memiliki akses terhadap sanitasi dasar.
Menurut
dia di sinilah peran pemerintah untuk meningkatkan kualitas sanitasi dan air
bersih dengan cara menambah alokasi dana dalam Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN), pemerintah harus mulai memprioritaskan sanitasi dan air bersih
sebagai salah satu target pembangunan. "Kurang lebih alokasi dana sanitasi
dan air bersih dalam APBN sejajar dengan dana untuk pendidikan dan
infrastruktur," ujar dia
Nila
menuturkan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah untuk meningkatkan
kualitas sanitasi dan air bersih juga sangat penting khususnya dalam pembuatan
waduk maupun perbaikan sistem perpipaan.
Menurut
dia dalam meningkatkan kualitas sanitasi dan air bersih memang diperlukan upaya
bersama tidak hanya pemerintah pusat maupun daerah namun anak anak muda atau
mahasiswa juga bisa terlibat.
Keterlibatan
anak muda dalam meningkatkan kualitas sanitasi dan air bersih bisa dilakukan
melalui social media, mahasiswa bisa menjadi anggota atau member dari MDGs
Indonesia di facebook maupun twitter. "Anak muda juga bisa ikut
menyadarkan masyarakat bahwa sanitasi dan air bersih merupakan salah satu
bagian dari kesejahteraan masyarakat," ujarnya
Nila
mengatakan target target MDGs yang hampir dicapai Indonesia adalah menurunkan
angka kemiskinan, Meningkatkan pendidikan dasar, mendorong kesejahteraan
gender, menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Kolaborasi harmonis
Sementara
itu, Pakar Tata Kota Wicaksono Sarosa mengatakan tata kelola pemerintahan dan
kolaborasi yang harmonis antara berbagai sektor dapat memecahkan persoalan air
bersih dan sanitasi di Indonesia.
Menurut
dia, terdapat empat indikator yang dijadikan standar dalam pengukuran kinerja
tata kelola pemerintah yaitu masyarakat sipil yang mengerti pentingnya air bersih,
kebijakan yang melindungi berbagai pihak untuk mengeksplorasi, mengelola dan
menyediakan air bersih sebagai kebutuhan primer indonesia serta pelaku ekonomi
atau pengusaha di bidang air yang juga berkomitmen untuk investasi di bidang
sanitasi dan air bersih.
"Jika
keempat indikator tersebut berjalan lancar maka masalah air bersih dan sanitasi
bisa diselesaikan dengan baik," kata Wicaksono.
Post Date : 18 Februari 2014
|