|
Rabu, 6 Maret 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono tiba di negeri romantik yang dibelah Sungai Danube atau Duna, Hongaria. Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah mengatakan, Presiden Yudhoyono akan bertemu dengan Presiden Hongaria Janos Ader dan membicarakan berbagai masalah, terutama di bidang ekonomi. ”Indonesia menilai penting posisi strategis Hongaria sebagai pintu masuk kepentingan ekonomi Indonesia di negara-negara kawasan Eropa Timur dan Eropa Tengah,” kata Teuku Faizasyah di Jakarta, beberapa hari sebelum keberangkatan Presiden dan rombongan ke Berlin dan Hongaria. Hampir 11 tahun lalu, yakni tanggal 10 dan 11 September 2002, Presiden Megawati Soekarnoputri juga mengunjungi Hongaria. Selain didampingi suaminya, Taufiq Kiemas, ketika itu Megawati juga membawa sejumlah tokoh, antara lain Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rini MS Soewandi, anggota DPR dari Fraksi Partai Golongan Karya Hajriyanto Y Thohari, Rizal Mallarangeng, Denny JA, serta Cornelis Lay (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan). Dalam jamuan kenegaraan di Gedung Parlemen Hongaria di Budapest (ibu kota Hongaria), ketika itu, Presiden Hongaria Ferenc Madl memuji pemerintahan Megawati. ”Sumbangan Indonesia bagi penumpasan terorisme internasional, migrasi gelap, dan perdagangan obat bius internasional cukup nyata,” katanya. Presiden Madl menyampaikan pula, para pengusaha Hongaria berhasrat memasuki pasar luas Indonesia dan mereka yakin barang-barangnya dapat diterima dengan baik. ”Dengan senang hati kami dapat menyatakan bahwa pasar Hongaria dibuka lebar bagi barang-barang Indonesia yang beraneka ragam, dan kami yakin bahwa usaha untuk mengimbangi perdagangan bilateral akan lebih mempermudah arus barang Indonesia ke Hongaria,” ujar Presiden Hongaria. Pada kesempatan itu, Madl juga mengatakan, negerinya sering dilanda banjir. Namun, kata Madl, berkat musibah banjir itu, negaranya kaya akan pengalaman di bidang hidrologi serta pencegahan dan perlindungan terhadap banjir. ”Kami bersedia membagi pengalaman itu dengan ahli-ahli Indonesia,” ujar Madl. Mungkin, kini, Indonesia bisa bertanya lagi soal pengalaman mengatasi banjir. Siapa tahu Sungai Ciliwung bisa menjadi wisata air seperti di Sungai Danube yang membelah Budapest. Dengan menumpang kapal pesiar yang hilir mudik di sungai itu, kita bisa menikmati kota Budapest sambil mendengarkan pemandu wisata yang cantik mengisahkan sejarah Hongaria diiringi alunan musik Mozart. Kita harus bermimpi.Post Date : 05 Maret 2013 |