|
Kelompok Waita Tani Melati Desa Mayan Pekon, Srimenanti, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Lampung Barat setelah bersusah payah berjuang akhirnya berhasil mengalirkan air bersih masuk ke rumah-rumah mereka. Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati, Dwi Nurhayati, menuturkan bahwa sejak awal berbagai upaya harus mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan kesulitan mendapatkan air bersih yang sangat dirasakan menyulitkan kehidupan sebelumnya. "Kami harus mencari air ke tempat yang cukup jauh untuk mendapatkan air bersih bagi keperluan sehari-hari, termasuk untuk mandi," katanya seperti dikutip Antara. Warga anggota kelompok itu harus mengumpulkan dana setiap bulan Rp 500 per kepala keluarga sebagai tabungan sosial untuk kepentingan warga setempat dan mengembangkan jimpitan beras 250 gram per minggu per keluarga. Dana yang terkumpul kemudian digunakan untuk membeli peralatan pemasangan pipa air dari sumber mata air ke rumah-rumah warga di sini. Namun, upaya tersebut sempat mengalami kegagalan mengingat dana terbatas untuk membeli semua peralatan yang diperlukan. Upaya bertemu Bupati Lampung Barat, Mukhlis Basri, juga ditempuh pengurus KWT Melati guna menyampaikan permintaan mereka mendapatkan bantuan modal untuk membiayai penyediaan sarana air bersih ke rumah-rumah warga dimaksud. "Kami berusaha dapat ketemu langsung dengan Pak Bupati dan akhirnya bisa ketemu," ujarnya. Walaupun dapat bertemu bupati secara langsung, ternyata bantuan yang diusulkan juga tidak memberikan hasil yang diharapkan. Mereka tidak berputus asa hingga akhirnya bertemu dengan fasilitator Proyek Penguatan Pengelolaan Hutan dan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat (Strengthening Community Based Forest and Watershed Management/SCBFWM) sehingga mengajukan usulan mendapatkan bantuan yang diperlukan untuk penyediaan air bersih itu. Akhirnya pada tahun 2012, kelompok ini mendapatkan bantuan hibah Program SCBFWM Lampung BP DAS Way Seputih Way Sekampung sebesar Rp 23 juta yang digunakan untuk upaya perlindungan dan optimalisasi pemanfaatan mata air antara lain untuk mengamankan daerah sumber mata air, membangun bak penampung dan bak pembagi serta instalasi penyaluran air bersih yang diperlukan. Kelompok yang kini beranggota 33 orang ini, akhirnya mampu mengalirkan air bersih ke rumah-rumah mereka dengan setiap warga menyiapkan pula sarana penampungan air yang diperlukan. Setiap warga dikenakan biaya Rp 8.000 per bulan yang dibayarkan setahun sekali. Dana tersebut untuk mendukung pengoperasian sarana air bersih ini.
Post Date : 17 Juni 2013 |