|
Banda Aceh, Kompas - Banjir yang melanda 12 kecamatan di Kabupaten Aceh Barat, pekan lalu, diperkirakan menimbulkan kerugian materi hingga Rp 7 miliar. Kerugian terutama akibat rusaknya empat jembatan serta puluhan ruas jalan kabupaten dan provinsi. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Aceh Barat Novrizal, Minggu (14/4), mengungkapkan, kerusakan terbanyak akibat banjir yang melanda hampir seluruh wilayah Aceh Barat tersebut terjadi pada infrastruktur umum, terutama jalan dan jembatan. Untuk kerusakan rumah hanya terjadi pada satu rumah, yaitu di Kecamatan Meurebo. ”Taksiran kami sekitar Rp 7 miliar. Paling besar karena empat jembatan yang putus itu, selain puluhan ruas jalan rusak,” kata Novrizal. Empat jembatan putus total, masing-masing berada di Desa Tuwi Empeuk dan Desa Blang Dalam, Kecamatan Woyla Timur, serta dua jembatan di Desa Gunong Hampa, Kecamatan Woyla. Ruas jalan yang paling rusak berada di jalur provinsi lintas Meulaboh-Geumpang, tepatnya di kawasan Blang Beurandang, Kecamatan Johan Pahlawan. Banjir yang terjadi pada 6-8 April 2013 merendam lebih dari 12.000 rumah di 12 kecamatan di Kabupaten Aceh Barat. Sebanyak 3.000 orang mengungsi akibat banjir mencapai ketinggian 50 sentimeter hingga 100 sentimeter. Banjir tersebut akibat meluapnya Sungai Meureubo dan Bree menyusul hujan deras selama beberapa hari. ”Setiap musim hujan Aceh Barat selalu direndam banjir, tetapi tidak sampai sebesar ini. Kali ini hampir semua kecamatan terkena banjir,” ungkapnya. Selain mengakibatkan kerusakan infrastruktur, banjir di Aceh Barat juga merusak ratusan hektar sawah, khususnya tanaman padi yang telah memasuki masa panen. ”Seharusnya seminggu lagi kami panen, tapi dengan kejadian banjir kemarin sudah tak ada lagi yang bisa dipanen. Hanyut semua dan puso. Sebagian besar busuk. Yang tanam palawija juga begitu,” ujar Chairuddin (37), petani Blang Dalam. Dalam empat hari terakhir banjir sudah berlalu dari Aceh Barat. Genangan sudah tak ada. Namun, warga masih waspada karena hujan masih turun. Banjir Lamongan Sementara itu, Desa Datinawong, Sumurgenuk, Patihan, dan Moropelang di Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Minggu, terendam banjir. Ratusan hektar sawah, ratusan rumah, dan sejumlah sekolah terendam. Banjir disebabkan jebolnya tanggul di Ploro Blurutrate, Desa Sumurgenuk, sepanjang lebih kurang 10 meter. Tanggul itu baru selesai direhabilitasi empat bulan lalu sepanjang 3 kilometer, lebar 5 meter, dan tinggi 4 meter. Tanggul sungai itu tidak mampu menahan derasnya air yang mengalir dari wilayah Kecamatan Sugio dan Kedungpring. Banjir terakhir di wilayah itu terjadi pada 1990-an, tetapi tidak sebesar sekarang. Menurut warga Sumurgenuk, Supaad, warga berupaya menambal tanggul yang jebol, tetapi gagal karena arus air deras sehingga dihentikan. Di Sumurgenuk ada 85 hektar padi usia 20 hari hingga siap panen. Warga lain, Sunan, menyebutkan, padi seluas 1,5 hektar miliknya terendam dan nilai kerugian diperkirakan Rp 6 juta-Rp 7 juta. Camat Babat, Jarwito, meminta warga waspada dan orang tua diminta lebih memantau anak- anak agar tidak bermain di genangan banjir. (HAN/ACI) Post Date : 15 April 2013 |