Dua film
pendek bertema lingkungan hidup mengawali diskusi panel nasional Gerakan
Indonesia Bersih yang diadakan Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan
Forum Wartawan Pencinta Lingkungan (Forum Wapli) di Jakarta awal pekan ini.
Satu film
menggambarkan bagaimana seorang bapak membuang sampah yang di dalamnya ada
sebuah tutup botol ke sungai. Tutup botol itu bersama sampah-sampah lain sampai
ke laut. Sang bapak yang hobinya memancing suatu hari mendapat seekor ikan
cukup besar dan membawanya pulang untuk dimasak.
Selesai dimasak
istrinya, makanan termasuk ikan hasil pancingan sudah terhidang di atas meja
makan dan siap disantap. Lalu keluarga itu melahap makanan. Salah seorang
anaknya tak menyangka di dalam makanan yang dilahap ada tutup botol yang turut
dibuang keluarga itu sebelumnya.
Itulah sekilas
gambaran bagaimana sebagian masyarakat di planet Bumi membuang sampah
sembarangan termasuk ke sungai.
Terkait dengan
sampah di DKI Jakarta, misalnya, kondisinya sudah sangat memprihatikan. Ketua
Pusat Kajian Persampahan Indonesia (PKPI) Sodiq Suhardianto mencatat dalam
waktu dua hari sampah di ibu kota Indonesia itu mencapai 56 kubik atau jika
dikubikasi melebihi Candi Borobudor di Magelang, Jawa Tengah, yang hanya
mencapai 52 kubik.
"Jadi, dua
hari sekali Jakarta membangun sampah se-Borobudur," kata Sodiq.
Penyebabnya, kata
Sodiq, ialah penerapan UU Nomor 18 tahun 2008 tentang sampah belum maksimal.
Pemerintah seharusnya tidak hanya memberi ancaman hukum melalui UU tetapi juga
memberi solusi. "Pemerintah pusat jangan sekadar mengancam saja, tapi
kasih solusi dong, teknologinya apa, dananya dari mana" katanya.
Sodiq adalah salah
satu panelis diskusi tersebut bersama denegan n asisten Deputi Bidang
Pengelolaan Sampah KLH R. Sudirman, Direktur Pusat Informasi PBB (UNIC),
Michele Zaccheo dan wartawan senior, Sinansari Ecip.
Sudirman mengatakan
bahwa GIB merupakan program nasional yang digagas oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dan implementasinya dipimpin oleh Wakil Presiden Boediono.
KLH bersama 22
kementerian dan instansi terkait termasuk, TNI dan Kepolisian pada tanggal 12
November 2012 telah memulai GIB yang pelaksanaannya berlandaskan pada UU
No.18/Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah.
Menurut dia, GIB
merupakan implementasi pelaksanaan UU No.18/Tahun 2008 dan Peranturan
Pemerintah No.81/Tahun 2012.
"Perlu ada
paradigma pengelolaan sampah yang benar, sehingga pemanfaatan dan pengelolaan
sampah memiliki nilai jual yang luar biasa," katanya.
"Dalam GIB,
yang paling penting adalah membangun komitmen kementerian dan masyarakat dalam
menciptakan lingkungan yang bersih," kata Sudirman. "Untuk itu, perlu
ada koordinasi secara berkelanjutan antara Kementrian LH, pemerintah daerah,
pelaku usaha, masyarakat dan media."
Peran media massa,
yang sangat strategis dalam upaya menyadarkan masyarakat membangun mental yang
perduli terhadap kebersihan lingkungan, terutama dalam pengelolaan sampah,
mengemuka dalam diskusi itu yang bertajuk "Meningkatkan Kepedulian
Masyarakat terhadap Pengelolaan Sampah dan Sanitasi Menuju Hidup Sehat".
Zaccheo menekankan
pentingnya peran media dalam mensosialisasikan kepedulian terhadap lingkungan,
terutama dalam pengelolaan sampah. Dia juga memamparkan bagaimana di sebagian
negara luar peran media ikut berperan besar dalam mempublikasikan berbagai
kegiatan warga masyarakat yang sedang mengadakan kegiatan dalam menangani
sampah di sekitar lingkungannya.
"Media massa
dapat mengajarkan, memberikan informasi dan membantu mengubah perilaku
masyarakat," kata Zaccheo.
Dia mencontohkan
berbagai negara sudah lama memulai gerakan penyelamatan lingkungan dan
pengelolaan sampah. Di Bulgaria, misalnya, sebanyak 350 ribu sukarelawan
berpartisipasi dalam gerakan kebersihan. Mereka berhasil mengumpulkan 100 ribu
ton sampah dalam waktu lima jam. Kegiatan tersebut dibantu dengan publikasi
media, BTV Media Group (TV Bulgaria) secara live.
"Aksi itu
untuk memperingati Hari lingkungan Hidup Sedunia, 5 Juni. Tapi seharusnya, kita
hendaknya menjadikan setiap hari sebagai hari lingkungan hidup," kata
Zaccheo.
Ia juga menyebutkan
aksi gerakan perduli lingkungan yang patut diparesiasi seperti di kota Bogor,
yang dilakukan Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) untuk mengajak masyarakat untuk
peduli kebersihan sungai.
Zaccheo menghimbau
agar media dapat ikut mengkampanyekan gerakan-gerakan yang fokus pada masalah
dan solusi lingkungan. Media dapat memotivasi masyarakat untuk menjaga
lingkungannya.
Di sisi lain
Sinansari Ecip menyoroti fungsi media. Kecuali memberikan informasi, peran
media yang justru penting adalah sisi edukasinya.
"Media
sebenarnya harus mendidik. Kalaupun sifatnya menghibur maka tampilkanlah
hiburan yang mendidik," kata Encip. "Sebelum masyarakat di didik,
wartawannya dulu," katanya.
Ia mencontohkan,
beberapa media sudah mulai menjadi lembaga yang mendidik masyarakat. Tidak
hanya mempunyai orientasi kepada uang, tapi lebih kepada
kepentingan-kepentingan untuk menyelamatkan lingkungan.
Mengenai UU tentang
persampahan di Indonesia, Ketua PKPI mengatakan kehadirannya terlambat
dibandingkan berbagai negara lain yang terlebih dahulu menerapkan pentingnya
aturan tentang persampahan.
Sodiq juga
menegaskan bahwa masyarakat jangan terlalu banyak berharap kepada pemerintah
daerah dalam hal pengelolaan sampah, karena anggaran daerah yang dialokasikan
untuk pengelolaan sampah dan kebersihan lingkungan hidup berkisar 1 - 2% dari
APBD.
Ia sangat
menyayangkan program pemerintah yang selama ini begitu baik namun kurang jelas
dalam implementasi pelaksanaanya.
Para akademisi dan
praktisis mengatakan penanganan sampah dan kebersihan lingkungan tidak lepas dari
perilaku dan moralitas masyarakat dalam kesehariannya.
Mendorong kesadaran
masyarakat tentang bagaimana mengelola sampah akan sia-sia jika sistem
pendukungnya tidak siap. Ia mencontohkan di dalam keluarga sudah ada pemilahan
sampah organik dan anorganik tapi begitu diangkut oleh truk, sampah yang telah
terpilah itu dicampur kembali, kata Sodiq.
Untuk mencapai
tujuan mulia sesuai Gerakan Indonesia Bersih, diperlukan komitmen dari semua
anak bangsa Indonesia dalam menciptakan lingkungan yang bersih.
Tak seperti kesan
dua makhluk ruang angkasa dalam film pendek kedua yang ditayangkan mengawali
diskusi panel ini -- ketika melihat planet Bumi berubah menjadi planet sampah
akibat berbagai jenis sampah berserakan dan tak terkelola dengan baik.
Post Date : 05 Juni 2013
|