|
Saat ini di Banjarmasin sudah ada 37 bank sampah. Setiap bulannya rata-rata mampu mereduksi sampah hingga 37 ton. Potensi inilah yang dicoba dimaksimalkan pemko dengan jalan membangun bank induk. Kepala Badan
Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Banjarmasin, Hamdi, mengatakan bahwa di
Banjarmasin Utara tempatnya telah tersedia. Bantuan dari Kementerian Lingkungan
Hidup (KLH) senilai Rp 1,2 miliar pun telah mengucur. Simposium Bank Sampah, Hotel Aria Barito, kemarin (27/5). “Kita terus berdiskusi dengan teman-teman. Dalam waktu dekat saya yakin bank induk bisa kita bangun,” imbuhnya. Selain membantu mengurangi beban tempat pembuangan akhir (TPA), bank sampah juga mengubah perilaku masyarakat. Alih-alih sebagai masalah, sampah dilihat karena nilai ekonomisnya. “Target ke depan satu kelurahan punya lima bank sampah. Artinya, ada 260 bank sampah di Banjarmasin. Ini target minimal,” tukasnya. Ide bank induk ini datang dari Malang. Di sana ada 282 bank sampah masyarakat dan 169 bank sampah sekolah. “Tapi semuanya dikoordinir oleh satu bank induk, tidak jalan sendiri-sendiri. Omzet per bulan Rp 150 juta. Orientasinya 70 persen lingkungan dan 30 persen bisnis,” kata Direktur Bank Sampah Malang (BSM), Rahmat Hidayat. Rahmat datang ke Banjarmasin untuk memberi pelatihan dan berbagi pengalaman bagaimana memanajemen bank sampah dengan lebih profesional. BSM berdiri Oktober 2011 silam. Sedangkan Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion (PPE) Kalimantan, Tuti Hendrawati Mintarsih, mengingatkan kucuran bantuan KLH tergantung dari pergerakan daerah itu sendiri. “Banjarmasin harus bisa membuktikan diri terlebih dulu,” ujarnya. Post Date : 29 Mei 2013 |