700 Rumah Terendam

Sumber:Pikiran Rakyat - 17 Februari 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

SOREANG, (PR).- Sekitar tujuh ratus rumah warga di delapan rukun warga (RW) di Desa Kamasan Kecamatan Banjaran terendam banjir. Hujan deras yang turun sejak pukul 14.00 WIB membuat Sungai Cisangkuy meluap dan menggenangi wilayah tersebut setinggi 60 sentimeter hingga 1,5 meter. Karena khawatir, semua warga memilih untuk mengungsi sementara.

Camat Banjaran Iman Irianto mengatakan, setelah hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut, pukul 17.00 WIB pihaknya mendapat laporan dari Kepala Desa Kamasan, bahwa air di daerah tersebut sudah mulai naik dan mengancam sekitar delapan RW yang letaknya dilintasi empat anak Sungai Cisangkuy.

”Semua RW yang terendam itu secara geografis memang terlintasi oleh anak sungai, yakni anak Sungai Cisela, Citaliktik, Cibatur, dan Cilembang. Semua anak sungai tersebut bermuara di Sungai Cisangkuy,” kata Iman saat dihubungi ”PR”, Selasa (16/2).

Dari delapan RW tersebut, RW yang letaknya paling terancam adalah RW 3 yang  posisinya di bantaran Sungai Cisangkuy. Iman mengatakan, sekitar pukul 19.00 WIB, air di Sungai Cisangkuy sudah berada di atas bibir sungai. Kondisi air yang semakin tinggi dan tidak tertampung lagi akhirnya meluap ke permukiman yang terletak di sekitarnya.

Dengan kondisi tersebut, aparat setempat langsung melakukan evakuasi terhadap warga yang rumahnya terendam. ”Kami fokuskan untuk mengevakuasi ibu-ibu lanjut usia dan anak-anak. Sementara bapak-bapaknya terus melakukan pemantauan di daerah sekitar,” ujarnya.

Warga dievakuasi ke tiga tempat, yakni di Kantor RW 7 Desa Kamasan, Masjid Persis, dan Kantor Cabang Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Banjaran. Meski warga sudah mengungsi, Iman mengatakan, pihaknya dibantu oleh jajaran Koramil Banjaran yang dipimpin Danramil Kapten Inf. Duchari, jajaran Kepolisian Sektor Banjaran dipimpin Kapolsek Banjaran Ajun Komisaris Muhammad Darkan, serta jajaran pemerintahan Desa Kamasan dipimpin Kepala Desa Kamasan Herli Purnomo terus melakukan pemantauan di daerah sekitar.

Air bersih

Menurut Iman, saat ini hal yang paling dibutuhkan warga adalah ketersediaan air bersih. Banjir yang terjadi di Kamasan bukanlah yang pertama kali sehingga sebagian besar sumur warga telah tertutup lumpur dan tidak bisa digunakan lagi.

”Warga sangat membutuhkan air bersih saat ini. Saya sudah menghubungi pihak PDAM Kabupaten Bandung dan katanya siap mengirimkan satu tangki air bersih besok. Mulai besok juga sumur-sumur warga akan diberi kaporit untuk membunuh kuman-kuman,” tuturnya.

Longsor

Sementara itu, Ciumbuleuit kembali mengalami longsor. Kali ini satu rumah di Kp. Cipicung Hilir RT 4 RW 2 Kel. Ciumbuleuit, Kec. Cidadap, Kota Bandung tertimbun longsoran tebing di tepi saluran irigasi. Tebing setinggi sekitar lima belas meter itu menekan rumah tersebut hingga ambles sampai empat meter dari kedudukan semula. Sementara empat rumah lainnya mengalami kerusakan. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu.

Adis Suryana (32), pemilik rumah yang tertimbun itu masih berada di Jakarta saat terjadi longsor. ”Saya ditelefon jam enam sore, langsung pulang,” ujarnya saat ditemui di lokasi kejadian.

Menurut  warga setempat, Sukma (25), longsor terjadi setelah hujan deras disertai angin kencang berhenti. Hujan mulai turun pukul 13.00 WIB. Longsor terjadi pada Senin (15/2) pukul 15.30 WIB sebanyak dua kali. Longsor kedua terjadi tiga puluh menit kemudian. ”Waktu itu lagi mau masak. Lalu ada suara gemuruh. Seperti gema, tembok bergetar. Saya langsung pegang anak,” katanya saat ditemui di lokasi kejadian, Selasa (16/2). Setelah dilihat ke luar rumah, ternyata tebing yang terdiri atas tanah dan batu cadas sudah longsor hingga menutupi aliran irigasi yang berada di bawahnya.

Pemangkasan

Menyusul tumbangnya sejumlah pohon akibat hujan deras Senin (15/2), Dinas Pertamanan (Distam) Kota Bandung akan segera memangkas pohon yang dianggap membahayakan. Hal itu bertujuan untuk mengurangi beban pohon sekaligus menghindari pohon tumbang atau dahan patah akibat cuaca ekstrem.

”Saat ini kami masih melakukan pembersihan sisa-sisa kemarin. Tetapi pemangkasan pohon akan dilakukan beberapa hari ke depan,” kata Sekretaris Distam Kota Bandung Arief Prasetya, Selasa (16/2).

Dia menuturkan, akibat hujan deras disertai angin kencang pada Senin (15/2), Distam mencatat sedikitnya 43 pohon di Kota Bandung rusak. Enam di antaranya tumbang, sedangkan sisanya patah di bagian dahan. Selain itu, dua billboard di Jln. Sukabumi dan Jln. Turangga tumbang.

Namun, Arief menyangkal jika peristiwa ini terjadi akibat usia pohon sudah tua dan rapuh. ”Berdasarkan evaluasi kemarin, rata-rata usia pohon diperkirakan masih di bawah sepuluh tahun, karena diameter pohonnya masih kecil. Pohon yang tumbang itu terangkat dari akarnya,” ujar Arief.

Oleh karena itu, untuk menghindari munculnya korban, kata Arief, pemangkasan pohon akan segera dilakukan dalam waktu dekat. Hal itu bertujuan untuk mengurangi beban yang ditanggung batang pohon, di antaranya dengan memangkas dahan. Dituturkannya, selama ini pemangkasan pohon dilakukan secara berkala.

Untuk menghindari potensi bahaya akibat cuaca esktrem, Arief mengimbau masyarakat untuk menghindari berada di bawah pohon saat hujan lebat terjadi. ”Ada jenis pohon yang dahannya mudah patah seperti flamboyan, ada juga pohon-pohon yang lebat tapi cukup kuat, misalnya mahoni,” ujarnya.

Mengenai pemangkasan pohon, dia juga meminta agar masyarakat tidak memangkas pohon tanpa koordinasi dengan Distam. Jika dibebaskan, dikhawatirkan justru akan terjadi pemangkasan pohon secara tidak terkendali. ”Jadi kalau masyarakat menemukan pohon yang sekiranya membahayakan, lapor saja kepada kami. Nanti kami yang akan menangani,” ujar Arief.

Menanggapi pemangkasan pohon yang tengah dilakukan Distam, pengamat lingkungan dr. Aryadi meminta supaya pemangkasan dilakukan secara berhati-hati. ”Karena pohon hidup dengan  naluri alamiah. Ada pohon yng berbentuk payung seperti trembesi, beringin, tilisium. Ada yang menjulang ke atas seperti mahoni. Ada juga yang berbentuk segitiga seperti damar, pinus, dan cemara. Pemangkasan harus memperhatikan bentuk itu,” ujar Aryadi.

Bila pemangkasan tidak memperhatikan bentuk pohon, dikhawatirkan pohon tersebut akan hidup tanpa keseimbangan. Apalagi pohon-pojon itu ditanam secara stek. ”Kalau ada angin, pohon itu bisa langsung tumbang karena akarnya tidak dalam,” katanya.

Aryadi juga menyarankan supaya penanaman pohon lakukan dengan selektif. Sewaktu zaman Belanda, penanaman dilakukan dengan memperhatikan keadaan lingkungan. Untuk kawasan Jln. Riau misalnya, ditanam pohon tanjung dan kenanga, sedangkan di kawasan Sukajadi ditanam pohon ganitri, dan di kawasan Dago ditanam kidamar.

Sementara untuk Jln. Wastukancana, pohon yang ditanam adalah tilisium, kidamar, dan palem raja. ”Tetapi sebaiknya Dinas Pertamanan mencari pohon identitas Bandung yang telah ditanam sejak era Belanda dulu,” katanya. (A-177/A-170/A-179)



Post Date : 17 Februari 2010