700 KK Kekurangan Air

Sumber:Jawa pos - 27 Oktober 1006
Kategori:Air Minum
JEMBER- Hujan tak turun selama enam bulan mengakibatkan sejumlah kawasan penduduk di Jember kekeringan air. Setelah sebelumnya di kelurahan Tegal besar, kekeringan yang lebih parah juga terjadi di dusun Gumuk Kerang desa/kecamatan Ajung.

Lokasi dusun yang dihuni sedikitnya 700 KK ini sudah mengalami kekeringan sejak Juli lalu. Kekeringan mulai muncul setelah Dua bulan lamanya hujan tak lagi turun. Ditambah lagi tidak ada sungai yang melewati dusun tersebut. Yang ada hanya saluran irigasi yang debit airnya sangat kecil dan sudah bercampur dengan Lumpur.

Sementara sumur-sumur yang dimiliki warga juga telah kering. Semua sumur dengan rata-rata kedalaman 10 hingga 15 meter kering kerontang tanpa air setetespun. Bahkan ada salah satu warga H Toha yang juga takmir masjid setempat menggali tiga buah sumur dengan kedalaman, 10, 12, dan 15 meter. "Tetapi hasilnya nihil. Hanya kalau musim hujan saja keluar air. Kalau musim kering begini tak ada airnya sama sekali," katanya.

Akibatnya, keluarganya jarang sekali mandi. Dan jika ingin mandi juga harus pergi ke rumah keluarga yang lain di desa Sempusari. Sedangkan untuk mencuci pakaian terpaksa harus melancong ke sungai Bedadung di Ajung yang jaraknya cukup jauh. "Tidak mungkin mencuci di dam saluran irigasi karena airnya yng sedikit dibuat mandi warga," tambahnya.

Sama halnya dengan yang terjadi pada sumur H Sujak yang rumahnya terletak di timur masjid. Dia mengaku sumurnya yang sedalam belasan meter juga hampir kering. "Airnya sedikit sekali. Hanya cukup untuk memasak sedikit saja," tukasnya. Sedangkan untuk mencuci atau mandi harus lari kesana-kemari.

Karena sulitnya air, sebagian masyarakat yang rata-rata bekerja sebagai buruh tani tersebut hanya mengandalkan sebuah sumber kecil yang terletak di kaki bukit Gumuk Kerang yang airnya tak seberapa. Karena menjadi satu-satunya sumber air yang masih tersisa masyarakat terpaksa antri untuk mendapatkan air di sumber yang tak terlalu besar tersebut.

Menurut Iriyanto, salah satu tokoh masyarakat mengatakan jika sumber tersebut merupakan gantungan satu-satunya masyarakat dusun Gumuk Kerang sejak tahun 70-an. "Setiap musim kemarau pasti terjadi kekeringan yang setiap tahunnya semakin parah. Dan saat semua sumur masyarakat kering yang bertahan hanya sumber ini," katanya.

Dulunya, sumber tersebut sangat kecil hingga disebut sebagai sumber cantingan karena airnya hanya bisa diambil jika menggunakan canting atau gelas kecil. Karena air semakin sulit didapat maka masyarakat berinisiatif menggali sumber cantingan tersebut sehingga menjadi sebuah ceruk atau sumur yang agak besar. Sehingga debit air yang keluar menjadi lebih besar sehingga bisa diambil dengan timba. "Tetapi tetap saja sangat tak mencukupi jika digunakan kebutuhan semua warga saat dimusim kering," tambahnya.

Musim kemarau ini, tak jauh beda dengan musim-musim sebelumnya. Ratusan masyarakat terpaksa antri berjam-jam untuk mendapatkan air yang tak seberapa. Mereka membawa timba hingga jerigen berukuran 25 liter untuk mendapatkan sedikit air untuk memasak.

Bahkan tak jarang setelah beberapa jam antri akhirnya sebagian tak mendapatkan air karena air di sumber cantingan sudah habis dan sangat keruh. "Jadi sebagian terpaksa menunggu hingga air keluar dan lebih bersih lagi," tukasnya. Bahkan tak jarang masyarakat harus rela mengantri hingga jam 2 pagi untuk mendapatkan air sumber tersebut.

Selain itu kekeringan juga melanda sawah-sawah disekitar dusun tersebut, puluhan hektar sawah dibiarkan mangkrak karena ketiadaan air. Karenanya, masyarakat sangat berharap ada perhatian khusus dari pemkab Jember untuk membantu mengatasi masalah kekeringan di dusun ini.

Apalagi sebelumnya beberapa tokoh masyarakat sudah beberapa keli mengajukan proposal kepada pemkab untuk meminta bantuan sumur bor namun hingga 35 tahun tak pernah teralisasi. "Saya sudah mengajukan sejak tahun 1971 saat saya masih menjadi kepala dusun. Yang kami dapatkan hanya janji setiap saat ada kampanye saja," tuturnya. (zww/jum/ido)



Post Date : 27 Oktober 2006