YOGYAKARTA – Hingga kini masih ada sekitar 70% dari total jumlah sumur di Kota Yogyakarta yang tercemar.
Meski kasus pencemaran tersebut tidak termasuk pencemaran yang parah, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta terus berupaya menekan tingkat pencemaran di sumur-sumur warga KotaYogyakarta tersebut. ”Jika dibandingkan empat tahun yang lalu,tingkat pencemaran air sumur sudah cukup berkurang.Data sampel di tiap kecamatan pada 2007 lalu, didapat hasil 85% sumur di Kota Yogyakarta diperkirakan tercemar seperti bakteri E-coli (Escherichia coli).
Saat ini tinggal 70%,” kata Kepala Bidang Pengawasan dan Pemeliharaan Lingkungan BLH Kota Yogyakarta Ika Rostika kemarin. Pencemaran tersebut terjadi dikarenakan letak sumur para warga berdekatan dengan saluran pembuangan limbah rumah tangga atau septic tank. Hal ini tentu tidak dibenarkan karena jika terjadi kebocoran saluran maka dipastikan air sumur tercemar.” Pola hidup masyarakat yang belum melakukan budaya hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan menjadi pemicu angka pencemaran bakteri yang bisa mengakibatkan diare ini,”katanya.
Ika menjelaskan,pihaknya terakhir kali memeriksa kondisi air sumur akhir 2010 lalu dengan mengambil sampel di 36 sumur di tiap kecamatan yang ada di Kota Yogyakarta. Rencananya akhir 2011 mendatang akan dilakukan pengecekan kembali. Sementara itu,Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan Hidup Lestari Agus Hartanta mengatakan tingginya tingkat pencemaran air sumur di Kota Yogyakarta dikarenakan masyarakat umumnya terjebak pada pola hidup yang pragmatis.
”Pola pragmatis ini menyebabkan masyarakat menginginkan segala sesuatunya serba praktis dan cepat,”ucapnya. Selain itu, menurut Agus yang menjadi faktor penyebab pencemaran air sumur lainnya ialah kurangnya upaya pengelolaan sampah dengan benar. Jika dibandingkan dengan kondisi air beberapa tahun sebelumnya, tidak ada perubahan yang berarti dari kualitas air di Kota Yogyakarta. ratih keswara
Post Date : 22 Juni 2011
|