|
Plan Indonesia menilai media massa memegang peranan penting dalam memberikan informasi tentang pentingnya sanitasi. Pemberitaan media berfungsi sebagai pendorong terjadinya perubahan perilaku masyarakat tentang sanitasi dengan menekankan lima pilar STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Kelima pilar STBM, yakni stop buang air besar sembarangan (SBS), cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan di rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga dan pengelolaan limbah cair rumah tangga. Wash Project Manager Plan Indonesia, Wahyu Triwahyudi, mengatakan hal itu saat lokakarya strategi komunikasi perubahan prilaku STBM melalui media massa. Menurut Wahyu, media massa diyakini memiliki kemampuan yang cukup kuat untuk membentuk opini publik dan mendorong kebijakan. Wahyu mengatakan, hasil penilaian terhadap kondisi sanitasi di Provinsi NTT tahun 2014 menunjukan, masyarakat yang memiliki akses sanitasi layak baru 37 persen dan 43 persen warga berprilaku tidak melakukan cuci tangan setelah buang air besar. Di sisi lain, alokasi pendanaan daerah (APBD) di sektor air minum dan sanitasi masih rendah, yakni 0,01 persen dari total APBD. Padahal, ada 27.000 rumah tangga di 150 desa dan 15 kecamatan yang harus mendapat perhatian soal sanitasi. Hasil studi WHO menunjukkan, intervensi lingkungan yang bersih dapat menurunkan risiko 34 persen, penyediaan jamban menurunkan risiko 32 persen dan pengelolaan air bersih menurunkan risiko 25 persen. Disaksikan Pos Kupang, kegiatan lokakarya diikuti sekitar 30 peserta dari unsur media massa lokal dari tiga kabupaten, yaitu Ngada, Ende dan Manggarai Timur, unsur pemerintah daerah, pelaku STBM, Pokja AMPL. Kegiatan dilaksanakan selama tiga hari terhitung Rabu-Jumat (10-12/9/2014). Post Date : 11 September 2014 |