|
GROBOGAN, KOMPAS - Hujan deras selama dua hari kembali menyebabkan banjir di sejumlah daerah di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Gorontalo, Jumat (19/4). Bencana tersebut mengakibatkan sekitar 5.500 rumah tergenang. Dua jembatan dan tanggul saluran air juga rusak dan jebol. Bencana yang melanda Grobogan kali ini mengulang kejadian serupa dua pekan silam. Awal April, luapan Sungai Lusi dan Serang merendam tujuh wilayah kecamatan, yakni Grobogan, Tawangharjo, Purwodadi, Toroh, Kelambu, Kulopulon, dan Wirosari. Banjir bandang yang terjadi kali ini disebabkan meluapnya anak-anak sungai Lusi. Banjir bermula pada Kamis (18/4) petang pukul 17.00. Banjir akibat luapan sungai-sungai kecil yang berhulu di Pegunungan Kendeng Utara itu baru surut Jumat dini hari. Banjir menggenangi pula Jalan Raya Purwodadi-Pati setinggi sekitar 70 sentimeter. Kondisi tersebut menyebabkan arus lalu lintas terhambat sehingga terjadi antrean panjang dari arah Purwodadi dan Pati sepanjang 1 kilometer. ”Kami masih menghitung kerugian akibat banjir bandang tersebut. Kami juga meminta masyarakat setempat agar waspada, terutama ketika hujan deras dalam tempo lama,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Grobogan Titi Rahayuningsih, Jumat. Daerah tetangga Grobogan, yakni Kabupaten Kudus dan Kabupaten Demak, juga terancam banjir. Debit air di Bendung Pembagi Pintu Banjir Wilalung dan Sungai Wulan kembali naik, 866 meter kubik per detik, setelah terjadi hujan deras seharian. Seminggu sebelumnya, debit air mencapai titik maksimal tampung air, 1.000 liter per detik, sehingga menyebabkan banjir di Demak dan Kudus. Dinas Pengelola Sumber Daya Air (DPSDA) Jateng saat ini berupaya menyelesaikan penutupan tanggul Sungai Wulan di Desa Mijen yang jebol sepanjang 60 meter akibat banjir pekan lalu. Instansi tersebut mengerahkan tujuh ekskavator dan menyediakan ribuan karung berisi pasir. Hujan deras Ratusan rumah di tiga kecamatan di Kabupaten Gorontalo diterjang banjir pada Kamis malam akibat hujan deras sejak siang harinya. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Provinsi Gorontalo mengingatkan potensi banjir di Gorontalo disebabkan tingginya curah hujan sampai pertengahan Mei. Kecamatan yang diterjang banjir di Kabupaten Gorontalo adalah Kecamatan Batuda’a, Biluhu Barat, dan Batuda’a Pantai. Sekitar 280 rumah di tiga kecamatan tersebut terkena banjir setinggi 40-50 cm. Diduga, tingginya intensitas hujan menyebabkan air Sungai Batuda’a meluap dan menggenangi permukiman warga. Tidak ada korban jiwa akibat peristiwa ini. Beberapa tanggul saluran air jebol tak mampu menampung luapan air. Sulaiman (40), warga di Desa Lamu, Kecamatan Batuda’a, mengatakan, banjir yang menggenangi rumah bercampur lumpur. Saat ini, warga masih disibukkan dengan pembersihan sisa-sisa lumpur yang terbawa banjir di dalam rumah. ”Ada beberapa sungai di Kecamatan Batuda’a yang jika hujan deras selalu meluap sampai menggenangi permukiman. Beruntung hujan tidak lama sehingga air cepat surut,” ujarnya. Prakirawan pada BMKG Provinsi Gorontalo Fatuhri Syabani mengemukakan, Gorontalo akan mengalami musim hujan sampai awal Juni mendatang. Bulan April sampai pertengahan Mei diperkirakan adalah masa puncak musim hujan di Gorontalo. Di periode itu pula Gorontalo masih rawan dari ancaman banjir. ”Jadi, berdasarkan data klimatologis kami, mulai April hingga pertengahan Mei nanti intensitas hujan di Gorontalo diperkirakan intensitas masih tinggi,” kata Fatuhri. Sebaliknya, banjir akibat jebolnya tanggul sungai irigasi di Dusun Ploro, Desa Sumur Genuk, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, berangsur surut pada Jumat. Genangan air di lingkungan sekolah dalam kompleks Yayasan Raudlatul Muta’allimin tinggal 10-30 cm dari sebelumnya mencapai 60-80 cm. Sementara di perkampungan sebagian besar kering, kalaupun ada sekitar 10-15 cm.(HEN/APO/ACI) Post Date : 20 April 2013 |