|
Sebagian masyarakat di Kota Pasuruan, ternyata masih kurang paham akan pentingnya akses terhadap air bersih dan sanitasi. Masyarakat menganggap, permasalahan air bersih dan sanitasi merupakan masalah ibu rumah tangga dan perempuan. Bukan sebagai persoalan publik. Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), Eko Saroyo mengatakan di wilayah utara Kota Pasuruan, misalnya di kelurahan Ngemplak, Panggung, Mandaran, Tambaan, Gading masalah sanitasi dan air bersih masih sangat tinggi. "Masih banyak dijumpai masyarakat yang buang air besar di sembarang tempat, terutama didaerah- daerah utara. Ini menjadi problem kita, dan perlu diintervensi secara khusus," kata Eko, Rabu (16/4/2014) siang. Berdasarkan data dari Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kota Pasuruan, sekitar 54 ribu warga atau 31 persen dari penduduk Kota Pasuruan, BAB di sungai karena tidak mempunyai WC. Selain itu, persoalan limbah domestik di Kota baru bisa diatasi sebanyak 40 persen karena tidak adanya septiktank, dan instalasi pengolahan air limbah. Ia mengatakan, yang menjadi problem atau permasalahaan Kota adalah limbah domestik. Banyak warga yang langsung membuang kotoran manusia, langsung ke sungai atau saluran drianase tanpa melalui septiktank. "Banyak perumahan-perumahan yang langsung membuang kotoran langsung ke saluran drainase atau di bypass," ucapnya. Pemerintah Kota Pasuruan, kata Eko, telah berupaya mengatasi permasalahan sanitasi dan air bersih. Di antaranya dengan membentuk dengan Kelompok Kerja Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Pokja Sanitasi). Pokja sanitasi telah menyusun Buku Putih Sanitasi pada 2010, Strategi Sanitasi Kota pada 2011, dan membuat Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) pada 2012, serta melakukankoordinasi, monitoring, dan evaluasi dibidang sanitasi pada 2013-2014. Sementara itu, berdasarkan survei lapangan yang dilakukan oleh tim Initiatives for Watsan Improvement Through. Networking Support (IWINS) dari USAID pada 2012-2013, sebanyak 35% dari 206.000 warga Kota pasuruan BAB tidak di Jamban. Hal itu diungkapkan oleh Area Manager program IWINS, Dardiri, pada saat acara sosialisasi proyek IWINS di ruang rapat Pemkot Pasuruan, yang dihadiri oleh perwakilan dari pondok pesantren, dan sejumlah SKPD terkait. "35 persen dari 206.000 waga Kota tidak berjamban, mereka membuang air besar langsung ke sungai," ucapnya. Oleh sebab itu, pada tahun ini United States Agency for International Development (USAID) melalui program IWINS, akan membantu Pemkot dalam mengatasi persoalan air bersih dan sanitasi. "Ini merupakan proyek jangka waktu tiga tahun yang bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan sanitasi bagi masyarakat urban. Lokasinya di kota dan Kabupaten Pasuruan, namun kami masih belum menentukan di desa mana dan pesantren mana , akan dilaksanakan program ini," kata pria yang akrab disapa Jodi ini.
Post Date : 17 April 2014 |