|
Pasokan air baku ke Jakarta makin tercemar. Salah satu indikasinya,
kadar omoniak air Waduk Jatiluhur di Purwakarta, Jawa Barat, tergolong
tinggi. Padahal, 82 persen sumber air Jakarta ditopang dari Jatiluhur. "Kadar amoniak di Jatiluhur naik dari 2,9 miligram per liter menjadi 4,8 miligram/liter pada periode Januari-November 2012," kata perwakilan direksi PAM Jaya, Wibisono Hari Santoso, dalam workshop di Hotel Mercure, Jakarta, Jumat (15/3). Menurut Wibisono, kadar amoniak yang dibolehkan untuk air minum hanya 1 miligram per liter. Padahal, sejak 6-7 tahun silam, lebih dari 50 persen air di Jakarta telah tercemar bakteri e-coli, "Itu yang terdapat di limbah kakus, kemudian detergen kamar mandi. Itu sudah lama," terang Wibisono. Tapi bukan berarti tak ada cara mengolahnya. Wibisono mengatakan, ada sejumlah cara untuk meminimalisasi pencemaran dalam air baku. Salah satunya memperketat pengawasan terhadap septic tank. Septic tank, tambah Wibisono, harus memenuhi syarat, baik lokasi, elevasi, maupun pengembangan jaringan air limbah. Celakanya, saat ini jaringan pengolahan air limbah di Jakarta baru 3 persen. Wibisono meyakini, pembangunan syphon (saluran air baku) juga mampu mengurangi pencemaran ke air baku dari Jatiluhur ketimbang mengalirkannya melalui sungai. "Kita bisa memanfaatkan 13 aliran sungai di Jakarta. Tapi kualitasnya tidak lebih baik. Oleh karena itu, teknologi mampu mengatasinya," beber Wibisono. Post Date : 18 Maret 2013 |