|
Memiliki badan yang kecil ternyata tidak mengurangi kelincahan dan jiwa keberanian, Angie Gracia Sibarani (11) mengubah lingkungan sekolahnya. Bahkan memasuki usia delapan tahun, Angie sudah dipercaya menjadi ketua kelas. Berbekal ilmu tentang sanitasi dan hidup higiene dengan lantang Angie menemui kepala sekolahnya (Kasek) untuk menuntut pembenahan sarana sekolah demi mendukung hidup sehat. Pengetahuan dan kepedulian Angie terhadap lingkungan diawalin msaat ia masih duduk di kelas 5 Sekolah Dasar (SD). Saat itu, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) High Five masuk ke SD Surya Bakti Lingkungan V Kota Bangun, tempat Angie menuntut ilmu. Berbagai pelajaran mengenai sanitasi, hidup higiene serta berbagai keterampilan menjadi satu pelajaran tambahan penting di sekolah. Diagram F, 5 Pilar STBM dan kerajinan tangan dari barang bekas menjadi materinya. Melalui berbagai pengetahuan tersebut, Angie yang saat ini duduk di kelas 6 SD dipercayai kembali menjadi ketua kelas. Menyadari sekolahnya belum menerapkan hidup bersih, Angie kemudian langsung berfokus ke bau kamar mandi yang menyengat, sampah yang berserakan di halaman sekolah, dan di dalam laci-laci meja siswa, sisa makanan yang berserakan, kebersihan di kantin sekolah serta peralatan penunjang kebersihan yang rusak. Hal ini dijelaskan Angie saat ia mengikuti lomba cerita yang dilakukan oleh High Five beberapa hari lalu. “Dahulu lingkungan sekolah kami sangat kotor, sampah berserakan di mana-mana bahkan menumpuk di laci meja. Tidak ada satu pun yang peduli dengan hidup bersih, bahkan saya juga sering membuang sampah di sembarang tempat. Namun setelah STBM dari High Five ke sekolah, pelan-pelan semua berubah. Belajar menjadi nyaman, kesadaran akan kebersihan juga mulai diterapkan oleh beberapa siswa,” katanya. Namun itu juga tidak cukup bila tidak didukung dengan pembenahan berbagai saranan di sekolah. Hal itulah yang membuat Angie memberanikan diri menemui Kasek, Suyadi. “Saya bersama teman menemui Kasek untuk meminta agar kamar mandi dan wastefel yang ada dan rusak agar dibenahi dan juga membuat daftar piket untuk membersihkan halaman sekolah,” ujar siswi yang rutin mendapatkan juara kelas ini. Dengan support tim pengajar dari STBM High Five, Angie dan satu orang teman akrabnya, Dia mencoba menjumpai Kasek hingga berkali-kali. Keberaniannya pun berbuah hasil, keinginannya untuk pembenahan pintu kamar mandi, westafel, bau kamar mandi dan piket kebersihan akhirnya terwujud. “Jumpai kaseknya berkali-kali, tapi akhirnya di respon, sekarang suasana di sekolah semakin nyaman,” katanya. Tidak hanya itu, anak bungsu dari pasangan Ria Nurlia tambunan (49) dan Jumintar Sibarani (46) ini juga memiliki kebiasaan unik. Ketika berjalan saat itu pulang sekolah atau dalam beberapa kesempatan, Angie selalu memperhatikan plastik atau kemasan makanan minuman instan yang ada di jalan untuk dipungut dan dijual di Bank Sampah STBM di Kota Bangun. “Kalau lagi pulang sekolah atau lagi main, saya suka ngutip kayak botol minuman cup bekas atau plastik kemasan gitu untuk dijual ke bank sampah. Selama ada STBM, saya sudah 5 kali menyetor sampah dan tabungannya saya sampai saat ini sudah sampai Rp20 ribu. Rencananya akan saya tambah terus hingga duitnya nanti bisa dibuat membeli peralatan untuk sekolah SMP nanti,” katanya. Selain itu, Angie mengusahakan dirinya agar lebih awal datang ke sekolah untuk dapat memantau teman-temannya mengerjakan piket membersihkan halaman sekolah. Tanggung jawab Angie sebagai ketua kelas ini tak jarang mendapat peralawanan dari teman-temannya, namun Angie tidak peduli. Sifat berani telah menjadi karakternya. “Kadang teman-teman mau juga sih marah kalau saya peringatkan, khususnya yang laki-lakinya. Tapi saya gak peduli dan lama-lama mereka sudah terbiasa juga sih. Malah sekarang sudah banyak teman-teman, khususnya kelas 3 sampai kelas 6 nya sudah jarang buang sampah sembarangan,” ujar Angie. Tak sampai di situ, kebiasaan Angie membawa sampah dilakukannya di rumah. Angie pun tidak segan-segan menasehati ibu dan ayahnya untuk menerapkan 5 pilar STBM yang sudah dipelajari di sekolah. “Lima pilar STBM itu pertama cuci tangan pakai sabun, tidak BABS, pengelolahan air minum, pengelolahan sampah rumah tangga yang aman dan pengelolahan limbah cair rumah tangga. Memang sudah dilakukan tapi belum sepenuhnya di rumah,” ujar gadis cilik kelahiran 7 Juli 2002 ini. Angie memang anak terakhir, namun kelihatan lebih dewasa dibandingkan kedua kakaknya. Tidak hanya sekadar megingatkan keluarganya, namun Angie juga mengerjakan banyak pekerjaan rumah. “Kalau pulang sekolah saya langsung nyapu rumah, bahkan terkadang belum ganti baju sekolah. Kalau dulu saya suka menyembunyikan plastik-plastik ke bawah kursi tapi sekarang risih. Terkadang mamak suka marah,” ujar siswi SD yang selalu mendapatkan beasiswa dari sekolahnya ini. Selama belajar dengan STBM High Five, Angie sudah diajarkan berbagai kerajinan tangan yang terbuat dari sampah atau plastik bekas. Membuat tas, dompet, bunga dan peta wilayah internasional. Angie memang pencinta lingkungan, bahkan ia memiliki cita-cita menjadi seorang seorang ahli lingkungan. “Saya memang dari dulu suka penasaran sama berbagai hal. Saya pingen jadi astronot biar bisa lihat luar angkasa. Kalau pun tidak bisa, Saya pengennya jadi kepala lingkungan kebersih tapi tarafnya internasional,” ujar siswi yang mencintai pelajaran IPA ini sambil tertawa lepas. Angie memang patut menjadi inspirasi pagi seluruh anak di Indonesia. Lingkungan sekolah yang nyaman memang harus tercipta di sekolah untuk melahirkan kenyamanan bagi semua orang di dalamnya. Namun, itu semua harus didukung dengan kesadaran seluruh siswa, guru dan tentu kepala sekolahnya. Angie telah membuktikan, berlahan kesadarannya tersebut sudah ditularkan kepada seluruh teman dan keluarganya. Angie juga memiliki impian untuk dapat menjadi gurunya di STBM sehingga dapat mengubah ribuan sekolah lainnya menjadi lebih bersih. “Maunya lebih banyak lagi yang peduli dengan lingkungan, makanya saya ingin jadi seperti guru-guru di STBM,” ujar siswi SD yang sudah sering ikut perlombaan cerdas cermat dan olimpiade matematika ini.
Post Date : 10 September 2013 |