|
TINGKAT pencurian air bersih di Ibu Kota masih tinggi. Data PDAM DKI Jakarta menyebutkan, tingkat kebocoran air mencapai 7.500 meter kubik air per detik dari kapasitas produksi: 18 ribu meter kubik air per detik. Kehilangan air itu terjadi diduga akibat pencurian yang dilakukan sejumlah orang untuk mendapatkan air bersih tanpa membayar. Wakil Direktur PT Palyja Herawaty Prasetyo mengatakan, nonrevenue water (NRW) atau tingkat kehilangan air yang diderita pihaknya tahun 2012 mencapai 37,98 persen. Angka itu menurun dibanding tahun 2010 yang mencapai 42,3 persen, dan tahun 2011: 39 persen. “Penurunan angka NRW tahun 2012 melebihi target 40 persen yang ditentukan. Tahun ini kami targetkan 36,7 persen,‘ kata Herawaty, Minggu (17/3). Corporate Communications and Social Responsibilities Head of Palyja Meyritha Maryanie mengungkapkan, untuk mencapai target itu pihaknya akan terus mendeteksi kebocoran, melakukan pemutusan pipa-pipa lama, mencari kebocoran di pipa-pipa primer atau besar. Salah satunya, dengan memasukkan kamera ke dalam pipa agar kebocoran dapat terdeteksi. Ia menduga masih ada oknum masyarakat mencuri air dengan merusak meteran air dan membuat jaringan ilegal. “Kami selalu melakukan investigasi (atas kemungkinan adanya) ilegal connection atau ilegal use. Serta melakukan penggantian meteran yang sudah tua atau di atas 10 hingga 25 tahun,‘ ujarnya. Palyja menargetkan produksi air baku tahun ini relatif akan sama dengan tahun sebelumnya. Tahun lalu, Palyja sudah memproduksi air baku 261 juta meter kubik. Hingga saat ini, 61 persen jumlah produksi air baku Palyja diperoleh dari Waduk Jatiluhur melalui Kanal Tarum Barat yang dipasok Perum Jasa Tirta II dan diolah di instalasi pengolahan air (IPA) Pejompongan I dan II. Sementara 34 persen diperoleh dari air curah olahan yang dibeli dari Tangerang. Pasokan air lainnya diperoleh dari Sungai Krukut sebanyak 4 persen yang pengolahannya dilakukan di daerah IPA Cilandak. Sisanya, 1 persen, dari Cengkareng Drain yang pengolahannya di daerah IPA Taman Kota. Menurut Meyritha , air yang diterima berfluktuasi antara 5.500-5.800 liter per detik. Penyebabnya, banyak sampah menumpuk di kanal Tarum Barat. "Mungkin dari sana (Jatiluhur) air banyak, tetapi sampai di Jakarta--apalagi di tempat kami di ujung barat-- hanya 5.500-5.800 liter per detik," ujarnya. Pihaknya juga masih mengalami kekurangan air baku. Karena pada musim kemarau, debit air di Kanal Tarum Barat menurun, sehingga suplai air baku untuk diolah menjadi air bersih menurun. Hal itu tentu mengganggu distribusi air bersih ke pelanggan Palyja. "Suplai air baku Palyja memang sangat tergantung pada Waduk Jatiluhur. Kalau debit air di waduk itu menurun, volume air baku yang kami terima juga menurun," katanya. Fauzan hilal Post Date : 18 Maret 2013 |