|
KUPANG, KOMPAS — Daerah tangkapan air 450 mata air di 60 desa di 6 kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur dihijaukan untuk menjaga dan melestarikan kelangsungan sumber air baku. Penghijauan diprioritaskan di desa-desa yang selama ini rawan air bersih pada musim kemarau. Enam kabupaten/kota itu adalah Kota Kupang, Kabupaten Flores Timur, Sikka, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, dan Lembata. Di setiap desa terdapat 5-8 mata air yang harus dilestarikan. Pada musim kemarau, debit air di mata air tersebut menurun drastis. Kepala Dinas Kehutanan NTT Benediktus Polo Maing, Minggu (23/2), mengatakan, degradasi hutan akibat penebangan liar dan pembakaran hutan di sekitar sumber mata air turut memengaruhi debit air. ”Pada puncak kemarau, Oktober-November, warga di desa-desa itu biasanya membeli air dengan harga Rp 200.000-Rp 300.000 per tangki ukuran 5.000 liter,” kata Direktur Yayasan Peduli Sesama NTT Isidorus Kopong Udak, di Kupang. Penghijauan dilakukan Dinas Kehutanan NTT bekerja sama dengan sejumlah lembaga swadaya masyarakat, dengan melibatkan warga, selama musim hujan tahun ini. Jenis pohon yang ditanam antara lain mangga, pisang, nangka, bambu, kemiri, dan jenis tanaman lokal lainnya. Kepala desa dan tetua adat bertanggung jawab atas keberlangsungan hidup tanaman tersebut. Sementara itu, untuk mengurangi banjir di bagian utara Kota Semarang, Jawa Tengah, paling tidak dibutuhkan delapan embung di Semarang bagian atas. Saat ini baru ada Waduk Jatibarang yang sedang dibangun. ”Waduk Jatibarang juga akan berfungsi sebagai penyedia bahan baku air bersih. Jika air bersih tercukupi, penurunan tanah akibat penyedotan air bawah tanah untuk kebutuhan air bagi industri juga akan terkurangi,” kata Sekretaris Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral Kota Semarang Rosyid Husada. (KOR/WHO) Post Date : 24 Februari 2014 |