|
Pasokan air baku Jakarta selama ini bergantung dari waduk Jati Luhur sebanyak 80 persen. Dengan jumlah penduduk mencapai 11,4 juta jiwa di tahun 2010, Ibukota saat ini mengalami defisit air hingga 10 meter kubik per detik.
"Kebutuhan terhadap air minum meningkat sementara pasokan air baku relatif sama," ujar Ketua Forum Air Jakarta (FAJ), Sri Widayanto dalam diskusi di ruang Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta, Selasa, (26/3/2013).
Menurut Sri, untuk mengatasi defisit air di Ibukota, kebutuhan untuk penyusunan road mappenyelamatan krisis air baku air minum di DKI Jakarta mutlak diperlukan. "Jakarta saat ini sedang menghadapi krisis air minum. Road map ini akan menjadi langkah nyata dalam penanganan permasalahan air baku kita," ungkapnya.
Sri mengatakan, peta jalan tersebut akan menjadi rekomendasi para pembuat kebijakan dan seluruh pemangku kepentingan, termasuk operator air minum di Jakarta untuk mengambil langkah yang tepat dalam membebaskan Jakarta dari ancaman krisis air baku.
Ia mengatakan, dalam beberapa kajian yang dilakukan pihaknya, permasalahan krisis air baku di Jakarta ini juga disebabkan tidak adanya jaminan kualitas dan kuantitas air baku. "Saat ini tidak ada jaminan kualitas air untuk diolah diunit pengolahan air serta koordinasi antarlembaga dalam pengelolaan hulu hilir sumber daya air yang kurang optimum," kata Sri.
Penanganan masalah air baku di Jakarta, sambungnya, juga akan mendorong pemenuhan akses penduduk untuk air minum yang aman yang diamanatkan dalam target pembangunan milenium (MDGs).
"Di tingkat nasional, saat ini akses penduduk terhadap air minum aman baru 55,04 persen atau masih ada 80 juta masyarakat yang belum terpenuhi kebutuhan air minum yang aman," jelas Sri.
"Kami berharap, terobosan-terobosan itu muncul dalam road map yang akan kita usung bersama nanti," pungkasnya.
Sumber Foto : Antara/Iggoy el Fitra
Post Date : 26 Maret 2013 |