620 Rumah Warga Terendam

Sumber:Banjarmasin Post - 29 Mei 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

PELAIHARI, BPOST - Ratusan rumah warga Asam Asam Kecamatan Jorong kini terendam. Banjir sejak Selasa (27/5) pukul 06.00 Wita itu menyusul hujan lebat sebelumnya.

Data pada Posko Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) Asam Asam, ada 620 KK atau 1.698 jiwa di 10 RT yang kediamannya kebanjiran.

"Ketinggian air mulai setinggi mata kaki hingga lutut orang dewasa. Tapi tidak ada warga yang mengungsi," jelas Rinto, petugas Sibat, Rabu (28/5).

Pantauan Rabu (28/5), beberapa personel Sibat sibuk memantau kondisi air di sungai dengan menggunakan perahu karet.

Di depan posko, mereka juga telah mendirikan tenda besar.Pejabat pemerintahan yang datang memantau korban banjir menyimpulkan belum perlu mendirikan dapur umum.

"Warga masih bisa bertahan di rumah. Mereka juga masih bisa beraktivitas," kata Plt Kabag Kesbang Linmas Hippy Adriani.

Sementara itu, rencana Pemkab Tala menormalisasi Sungai Asam Asam hingga kini belum terlaksana, karena kendala dana.

Kasi Perencanaan Pengairan Dinas Kimprasda Tala D Heru Purwanto mengatakan hasil survei teknis, penyebab banjir di Asam-Asam karena tingginya pendangkalan dan alur berkelok-kelok.

Pada saat curah hujan tinggi, sungai tidak mampu menampung air dari sejumlah anak sungai.

Solusinya, sungai harus dikeruk serta memerpendek alur melalui pemotongan posisi alur yang berkelok-kelok. "Kemudian memecah alur dengan membuat alur pembuang baru yang langsung tembus ke laut," jelas Heru.

Tidur di Atas Plafon

AIR setinggi 20 sentimeter mennggenangi seluruh ruangan rumahnya. Tak ada satu pun perabot yang terlihat. Kecuali sebuah lemari di pojok kamar dan beberapa lembar pakaian yang dijemur di ruang tamu.

"Semua sudah saya amankan di atas, Pak," ucap Adul (50), sambil menunjuk ke arah plafon di bagian ruangan belakang.

Plafon disulapnya menjadi loteng darurat. Bersama tiga anaknya Adul tidur di tempat pengap itu.

Ruangan plafon itu hanya berukuran 3x3 meter. Di sana-sini terlihat pakaian berserakan dan perabot dapur. Televisi 14 inch pun di amankan di sana. Termasuk enam karung gabah.

"Saya hanya bisa berdoa semoga banjir cepat surut," tutur Adul.Di rumahnya yang terbuat dari bahan kayu berukuran 4x6 meter itu, Adul tinggal bersama tiga anaknya; Nursaniah (15) kelas III SMA, Muja (20) kelas 5 SD, dan Maulana (8) kelas 2 SD.

Di lingkungan RT 20, rumah Adul termasuk paling parah, tergenang air,karena kontruksinya lebih rendah dibanding rumah tetangganya.

Penghasilannya bercocok tanam padi seluas 1 hektare tak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan selama setahun. Apalagi panen beberapa bulan lalu hasilnya kurang bagus akibat terserang hama tikus.

Untuki menyambung hidup dan membiayai biaya sekolah anak-anaknya, Adul harus banting tulang membuat atap daun nipah. Sehari dia bisa menghasilkan 100 lembar atap nipah. Meski hidup dalam kesahajaan, Adul tetap tabah. (roy)



Post Date : 29 Mei 2008