Ketahanan Pangan Tidak Terlepas dari Keberadaan Air Bersih

Sumber:beritasatu.com - 14 Juni 2013
Kategori:Air Minum

Menyoal ketahanan pangan tidak terlepas dari keberadaan dan aksesibilitas air bersih. Keduanya saling terkait dan berperan sentral di tengah kebutuhan pangan yang semakin meningkat serta perlunya strategis pemenuhan ketahanan pangan.

Direktur Utama PT Aqua Golden Missisipi, Parmaningsih Hadinegoro mengatakan, air bersih dan dalam jumlah yang cukup, serta berkualitas sangat dibutuhkan untuk pengolahan pangan, bercocok tanam dan memenuhi kesehatan dan produktivitas manusia.

Ia menambahkan, saat ini hanya 47,71 persen masyarakat Indonesia yang memperoleh akses air minum yang layak. Padahal target millenium development goals (MDGs) menyebutkan, 2015 ditargetkan jumlah itu naik menjadi 68,9 persen.

"Kecenderungan konsumsi air pun akan meningkat 15-35 persen per kapita per tahun. Pada akhir tahun 2019 diperkirakan jumlah penduduk perkotaan mencapai 150,2 juta jiwa dan kebutuhan air bersih akan mencapai 18,775 miliar liter per hari," katanya di sela-sela seminarUrgensi Membangun Ketahanan Pangan Nasional dalam Pertemuan Puncak Pemimpin Redaksi se-Indonesia di Nusa Dua, Bali, Jumat (14/6).

Parmaningsih menegaskan Aqua yang sudah berdiri sejak 1973, telah memiliki 17 pabrik, 12.000 karyawan dan 15.000 penjualan atau distributor center sejak 2007 melakukan program akses air bersih dan penyehatan lingkungan.

Seminar yang dipandu moderator Pemimpin Redaksi BeritaSatu.com, Primus Dorimulu ini juga dihadiri pembicara lainnya seperti Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Kepala Bulog Sutarto Alimoeso, Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang dan Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia Ismet Hasan Putro.

Gita Wirjawan menyatakan, bahwa untuk mencapai ketahanan pangan perlu upaya untuk menggenjot political will dan kerjasama untuk meningkatkan produktivitas.

Bahkan ia pun mengingatkan agar Indonesia jangan hanya puas untuk sekadar berswasembada, tetapi harus meningkatkan daya saing atau menjadi eksportir.

Ia mencontohkan konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia hanya 2,2 kilogram per orang per tahun jauh berbeda dengan Argentina yang mencapai 55 kilogram per orang per tahun, Jerman 45 kilogram, Brazil 35 kilogram dan di ASEAN 7-15 kilogram per orang per tahun.

"Itu terjadi karena kurangnya political will dan kerja sama untuk meningkatkan produktivitas. Indonesia seharusnya bisa mencapai peningkatan konsumsi daging sapi dari 2,2 kilogram menjadi 20 kilogram per orang per tahun," ucapnya.

 



Post Date : 14 Juni 2013