|
YOGYAKARTA (Media): Sebanyak 600 induk sungai dari 5.590 induk sungai yang ada berpotensi menimbulkan bencana banjir. Hal itu disebabkan semakin meluasnya DAS (daerah aliran sungai) yang mengalami kerusakan. Jika pada 1984 di seluruh Indonesia terdapat 22 DAS kritis, sepuluh tahun kemudian sudah meningkat menjadi 39 DAS kritis, dan pada 1998 meningkat lagi menjadi 62 DAS kritis meliputi areal seluas 58 juta hektare. Karena itu, diperlukan upaya pengendalian daya rusak air secara tepat untuk mengurangi dampak negatif terhadap sungai dan lingkungannya. Dengan demikian, diharapkan dapat tercipta kehidupan masyarakat yang aman. Hal itu terungkap dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XXII Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI), kemarin. Dosen Fakultas Teknik UGM Djoko Legono mengungkapkan, banyaknya sungai induk yang berpotensi menimbulkan banjir itu tidak lepas dari laju pertumbuhan jumlah penduduk, meningkatnya aktivitas masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup, dan faktor-faktor lainnya sehingga mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan. Menurut dia, kondisi itu berdampak negatif terhadap kelestarian sumber daya air serta meningkatnya daya rusak air, yang antara lain berupa erosi, banjir, dan sedimentasi. Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto dalam sambutan tertulis yang disampaikan Ketua Umum HATHI Siswoko memaparkan, kriteria suatu DAS masuk kategori kritis atau tidak ditentukan SKB Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan, dan Menteri Pekerjaan Umum tahun 1984. Di dalam SKB tersebut dijelaskan, DAS yang hidrologisnya kritis ditandai oleh besarnya angka perbandingan antara debit maksimum (musim hujan) dan debit minimum (musim kemarau), serta kandungan lumpur (sediment load) yang berlebihan. Menurut Menteri PU, dari segi kualitas air, selain sebagai pengguna air, ternyata manusia sekaligus merupakan pengotor air. Setiap aktivitas manusia yang menggunakan air seperti makan, minum, cuci, mandi, dan lain-lain selalu membuahkan air kotor kembali ke alam. (AU/H-3) Post Date : 26 September 2005 |