|
KABUPATEN Tangerang dilanda krisis air baku. Sejumlah wilayah belum tersentuh pasokan air bersih. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Kerta Raharja berencana membeli air curah dan mengelolah air laut menjadi air layak minum. “Kami terkendala keterbatasan air baku,‘ kata Direktur Utama PDAM Tirta Kerta Raharja Rusdi Mahmud kepada Jurnal Nasional, Sabtu (13/4). Menurutnya, saat ini PDAM TKR milik Kabupaten Tangerang cenderung menjaga kualitas layanan untuk 160.000 pelanggan. Dari 160.000 pelanggan, 90.000 atau sekitar 60 persen pelanggan berada di wilayah Kota Tangerang. Sedangkan 19 persen pelanggan berada di Kabupaten Tangerang, dan sisanya di wilayah Kota Tangerang Selatan. Parahnya, banyak penduduk belum mendapatkan penyaluran air PDAM, seperti: di Kecamatan Balaraja dan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang. “Untuk mengatasi masalah keterbatasan air baku, PDAM akan membeli air curah dari PT Aetra Air Tangerang,‘ kata Rusdi. Untuk jangka panjang, DPAM akan membuat kajian perlu atau tidaknya membeli air baku dari Lebak, Banten. Ke depan, beberapa embung yang tidak digunakan akan dimanfaatkan menjadi tandon air dan hal ini sudah direncanakan pada ABPD 2013. PDAM juga akan mendapatkan bantuan dari Kementerian PU untuk mengatasi kiris air di wilayah utara Kabupaten Tangerang. ‘Mudah-mudahan bisa secepatnya terealisasikan,‘ kata Rusdi. Direktur Umum PDAM TKR Subekti menjelaskan, penyedian air baku di Tangerang merupakan tanggung jawab pemerintah berdasarkan UU Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Sebagai operator, PDAM sudah berkoordinasi dengan Dinas Sumber Daya Air Pemerintah Provinsi Banten terkait penyedian air minum di Tangerang. “Sebab, air baku di Tangerang semakin hari terus menurun,‘ kata Subekti kepada Jurnal Nasional (14/4). Menurutnya, untuk memenuhi kebutuhan air baku di Tangerang, perlu air permukaan yang berasal dari Sungai Karian, Lebak, dan Sindang Heula, Serang, Banten. Sebab, kebutuhan air di Jakarta dan Banten termasuk Tangerang tergantung dari Kali Karian dan Sindang Heula. Masalahnya, di Kali Karian dan Sindang Heula belum juga dibangun waduk. Padahal, 800 liter air per detik mampu dihasilkan dari Sindang Heula. “Jika tidak dibangun waduk, alternatif satu-satu sumber air minum untuk masyarakat kita diambil dari laut,‘ kata Subekti. Dalam kaitan air laut yang diolah menjadi air bersih untuk kebutuhan minum warga, menurutnya, harus dikelola dengan mengunakan teknologi penyaringan. Namun, biayanya sangat mahal. Penyaringan air laut membutuhkan biaya Rp10 ribu per meter kubik, sedangkan air sungai yang diolah hanya sekitar Rp2-3 ribu per meter kubik. “Harga jual air laut yang diolah menjadi air bersih mahal. Mau dijual berapa kepada masyarakat?‘ tanyanya, retorik. Bupati Tangerang Zaki Iskandar mengatakan, pemenuhan kebutuhan air bersih di Kabupaten Tangerang masih sangat rendah dan kiranya perlu dilakukan terobosan. Untuk itu, pemda akan mengalokasikan dana pembangunan tandon air untuk wilayah di Kabupaten Tangerang. Bahkan, menurut Zaki, pembangunan tandon air sudah sangat mendesak bagi warga Kabupaten Tangerang, khususnya Tangerang di bagian barat dan utara. Sabaruddin Post Date : 15 April 2013 |