|
SEKITAR 63 juta penduduk Indonesia berdasarkan data World Bank Water Sanitation Program (WSP) tahun lalu tercatat belum memiliki toilet atau jamban yang layak.Kondisi itu memaksa mereka masih sering buang air besar sembarangan di sekitar permukiman. “Ini membahayakan dari sisi lingkungan. Limbahnya bisa mencemari sungai, laut, dan permukaan tanah.Aki bat sanitasi buruk itu, Indonesia merugi hingga Rp56,7 triliun per tahun,'' papar Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Wilfried H Purba, di Jakarta, kemarin. Kerugian itu antara lain dipicu sungai dan ladang yang rusak. Sungai yang rusak tidak dapat dimanfaatkan, sehingga potensi pendapatan dari bidang pariwisata, misalnya menjadi hilang. Limbah buangan akibat sanitasi buruk pun menimbulkan berbagai penyakit menular yang tidak saja memicu kematian, tapi juga biaya pengobatan yang tinggi. “Salah satu penyakit menular akibat masalah sanitasi ialah diare. Menurut catatan Kemenkes, 31.200 anak balita di Indonesia meninggal tiap tahun karena infeksi diare,'' tukasnya. Direktur Perumahan dan Permukiman Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional Nugroho Tri Utomo menambahkan, saat ini penduduk yang sudah punya akses sanitasi layak baru 57,35% dari total 62,41% yang ditargetkan pada 2015.“Masih dibutuhkan sekitar 18 juta sarana sanitasi lagi bagi penduduk Indonesia.'' Tidak hanya masalah sanitasi, kata dia, penyediaan pelayanan air minum di Indonesia pun baru mencapai 58,05% dari target 68,87%. Berkaca dari itu, perlu kerja sama semua pihak untuk meningkatkan akses sanitasi dan air bersih. Kesadaran masyarakat terkait dengan kebersihan sarana sanitasi pun dibutuhkan. “Bila semua pihak terlibat atas sanitasi dan masyarakat juga peduli, kami yakin pada 2019 akses sanitasi layak dan air minum layak sudah bisa diakses hampir 100% masyarakat,'' tutup dia. (Tlc/H-2) Post Date : 03 September 2014 |